Wednesday, June 15, 2011

ALGAE - Full Description

DIVISI CHLOROPHYTA

Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam divisi chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumubuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.

Gangang hijau meliputi sebanyak sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun di darat. Sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas bagi gangang air tawar. Gangang hijau tidak menunjukkan derajat diferensiasi yang tinggi, sebatang tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel tunggal atau juga koloni-koloni yang berfilamen atau tanpa filamen. Pada beberapa genus misalnyaselada laut (Ulva) dan semak batu (Nitelia chara), tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih kecil jika dibnadingkan gangang merah dan gangang coklat yang berukuran besar sekalipun. Gangang hijau sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau melekat.

Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun phitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.

Chlorella, salah satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dibandingkan sengan nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel Chlorella masih pula memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam divisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan chloroplas. Menurut Levavaseur (1989), bahwa pigmen-pigmen photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan mengandung siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan berupa pati.

Gangang hijau dapat dijadikan tumpuan utama dalam mempelajari evolusi, khususnya sebagai titik tolak garis evolusi, karena tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di darat dan umumnya sedemikian terspesialisasinya, mungkin berasal dari gangang hijau purba. Bentuk-bentuk gangang hijau tertentu yang hidup sekarang ini mewakili tingkatan-tingkatan dalam evolusi tersebut, karena kemungkinan besar bahwa banyak gangang yang hidup sekarang telah mengalami perubahan hanya sedikit dalam kurun waktu geologis yang panjang dan boleh dikatakan tetap tinggal primitif. Jenis-jenis seperti itu tidak membentuk tipe-tipe yang lebih maju dan hanya dapat diwakili cabang-cabang rendah pada pohon evolusi. Teapi karena jenis gangang itu juga mewakili peranan tumbuhan purba dalam sejarah kehidupan organisme, maka tumbuhan ini tetap berfaedah sebagai bahan studi. Maka dalam pembahasan tentang gangang hijau ini, dapat kita pertimbangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya evolusi bagi jenis-jenis lain serta tipe-tipe gangang yang lebih maju, dan petunjuk-petunjuk apa saja yang dapat memberikan sifat-sifat nenek moyang yang diturunkan kepada berbagai macam tumbuhan di muka bumi ini.

Ciri Umum Chlorophyta

1.

HABITAT

Chlorophyta atau alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan Siphonales. Gangang hijau atau chlorophyta meliputi sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun yang hidup di darat, sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas sebagai gangang air tawar. Bahkan ada jenis-jenis Chlorophyta yang hidup pada tanah-tanah yang basah, bahkan diantaranya tahan akan kekeringan, sebagian juga lainnya hidup bersimbiosis dalam Lichenes, ada lagi yang interseluler pada binatang rendah.

Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti: kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (sungai atau selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohin yang lembab (Protococcus dan Trentepolia). Beberapa anggotanya hidup di air mengapung tau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.



1.

SUSUNAN TUBUH

Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:

1.

Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas
2.

Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
3.

Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
4.

Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
5.

Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium

*

Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora

1.

Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
2.

Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva
3.

Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa

1.

SUSUNAN SEL

Dinding Sel

Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandungselulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel Caulerpales mengandung xylhan atau mannan. Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain disusn oleh selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel terbut juga biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat butir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati.

Gambar Bagian – bagian sel dari Divisi Chlorophyta

Kloroplas

Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta berbagai macam xantofil, luten, violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas di dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel (parietal), contoh : Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh : Muogothia. Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zignematales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga merupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.

Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu penting untuk klasifikasi dalam tingkatan marga. Variasi bentuk kloroplas sebagai berikut :

1.

Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas
2.

Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix
3.

Bentuk cakram, contoh : Chara
4.

Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
5.

Bentuk spiral, contoh : Spirogyra

Inti Sel

Inti dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi diselubungi membran inti dan terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal, tetapi beberapa anggota misalnya jenis yang tergolong dalam bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.

Cadangan Makanan

Cadangan makanan merupakan amilum seperti pada tumbuhan tinggi tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Seringkali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid dan jenis yang demikian ini merupakan golongan Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah pirenoid umumnya dalam tiapel tertentu dan alat digunakan sebagai taksonomi.

Flagel

Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:

1.

Pergerakan dengan flagela

Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagela pada kelas Chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat luas disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagela disebut blepharoplas. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2, flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.

1.

Pergerakan dengan sekresi lendir.

Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.

Perkembang biakan

Reproduksi seksual merupakan salah satu ciri yang paling terkemuka pada tumbuhan darat. Sudah barang tentu aspek tunbuhan ini merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena buah dan biji sebagai bahan makananya hanya dihasilkan sebagai akibat proses seksual. Karena itulah sangat menarik untuk mencoba mengenali tingkatan-tingkatan yang menuju ke arah metode pembiakan secara sexual yang telah sedemikian terspesialisasinya dan sekarang hal ini merupakan ciri khas bagi tumbuhan tingkat tinggi.

Kita dapat mencari diantara ganggang ini bentuk – bentuk yang mewakili tingkatan evolusi yang dijalani tumbuhan dalam hal metode reproduksi sexual yang lebih maju. Dalam hubungan ini, baik Ulothrix maupun Oedogonium, kedua-duanya mempunyai arti yang memadai. Ulothrix mewakili metode reproduksi sexual yang primitif, yaitu gamet – gamet motil yang bentuk luarnya serupa keluar dari sel-sel induknya yang tidak bersifat khusus dan akhirnya saling melebur diri dalam air. Oedogonium sebaliknya, memperlihatkan adanya evolusi dalam hal dierensiasi seksual (oogami), yaitu terbentuknya gamet-gamet yang tidak serupa, telur besar nonmotil dan sperma motil yang lebih kecil. Tambahan lagi tumbuhan ini mempunyai alat kelamin oogonium dan anteridium yang terbentuk secara khusus dan dapat dibedakan dari sel-sel vegetatif tubuh gangang tersebut. Proses peleburan gamet tidak lagi berlangsung dalam air setelah gamet itu dilepaskan dari sel-sel induknya. Telur yang nonmotil tetap dipertahankan pada sel tetuanya, dan sperma harus berenang menuju telur agar pembuahan dapat berlangsung. Janganlah diduga bahwa Ulothrix dan Oedogonium itu sendiri merupakan nenek moyang tumbuhan tingkat tinggi, namun memang terdapat ciri – ciri dalam siklus hidupnya yang menunjukan tingkatan evolusi tumbuhan biji yang hidup dewasa ini.

Pada tumbuhan tingkat tinggi tumbuhan biji tertutup, tumbuhan biji terbuka, dan lain-lainnya, oogami merupakan ciri tetap. Tumbuhan dapat yang paling primitif, berpembuluh ataupun tidak, kesemuanya mengadakan oogami. Karena Oedogonium, dapat mewakili suatu tingkatan evolusi yang prosesnya boleh jadi dicapai selama perpindahan cara hidup dari tumbuhan dalam air menuju tumbuhan darat, namun hal itu juga sekaligus memperlihatkan adanya potensi untuk mengembangkan diferensiasi seksual, yaitu suatu sifat yang hakiki pada gangang.

Berdasarkan berbagai pengertian dan pembahasan diatas maka secara umum perkembangbiakan ganging hijau dapat dibagi kedalam tiga cara, yaitu :

1.

Secara vegetative

Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan juga melakukan pembelahan sel.

1.

Secara Asexual

Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik.

Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama poses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk mempertahankan diri.

Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara asexual terjadi dengan pembentukan zoospore, yang berbentuk buah per dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa rambut- rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah, dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.

Selain dengan zoospora, perkembangbiakan secara asexual dilakukan dengan pembentukan :

1.

Aplanospora
2.

Hipnospora
3.

Autospora

3. Secara sexual

Perkembangbiakan secara sexual banyak dijumpai yaitu : isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe diolohaplonthik.

Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menunjukan kea rah anisogami. Pada tipe anisogami masing – masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama, sedangkan yang lebih maju yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing – masing jenis telah menunjukan perbedaan baik ukuran maupun bentuknya.

Pergiliran Generasi

Tidak hanya asal usul reproduksi sesual tetapi juga tentang asal – usul pergiliran generasi yang erat hubunganya dengan proses seksual, pada ganging pun dapat diikuti jejaknya. Pada siklus hidup tumbuhan biji tertutup, fase yang paling terkemuka dan dominan yaitu tumbuhan itu sendiri termasuk generasi sporofit atau generasi diploid. Hal ini juga berlaku bagi semua tumbuhan berpembuluh lainnya. Generasi gametofit yang berikutnya merupakan fase dalam siklus hidupnya yang tidak menonjol dan fase tereduksi (berumur singkat).

Meskipun demikian, tubuh tumbuhan tidak selalu merupakan gase diploid. Pada gangang terdapat hal yang sangat beragam pada sifat ke dua generasinya. Tubuh tumbuhan kebanyakan koloni gangang hijau yang berfilamen dan yang tidak termasuk generasi haploid atau gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid, atau gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid yang dapat saling melebur diri membentuk zigot. Zigot ini merupakan sporofit, karena meiosis terjadi pada zigot berkecambah. Pada Oedogonium misalnya, telur yang telah dibuahi merupakan satu – satunya sel diploid, sedangkan kesemua struktur lain pada tumbuhan tersebut meliputi filament, zoospore asexual, gamet, dan spora – spora yang terbentuk sesudah meiosis, termasuk generasi gametofit.

Pada Spirogyra pada saat terjadinya perkecambahan, nucleus zigospora berkembang menjadi empat nucleus, masing – masing dengan jumlah kromosom n (haploid). Tiga dari keempat nucleus itu gugur, namun nucleus yang keempat menjadi nucleus sel pertama filament yang baru. Asal – usul tubuh tumbuhan tinggi yang bersifat diploid tidak dapat di cari diantara spesies semacam itu, karena semua struktur vegetatifnya termasuk generasi gametofit.

Di antara tipe – tipe siklus hidup yang dijumpai pada gangang ialah yang generasi diploidnya merupakan fase menyolok dalam siklus hidupnya, sedang generasi haploid menjadi terdesak dan ada kemungkinan sangat tereduksi. Siklus hidup semacam itu, yang mendekati daur hidup tumbuhan biji, terutama ditemukan di antara gangang coklat. Pada tipe ketiga kedua generasi tidak tergantung sesamanya, dan banyak persamaanya sampai kepada ukurannya. Siklus hidup semacam itu dijumpai pada gangang hijau tertentu, beberapa jenisgangang coklat, dan kebanyakan gangang merah. Bagaimanapu, gangang mrah dan coklat tidak dapat diterima sebagai nenek moyang suatu bentuk kehidupantumbuhan tingkat tinggi. Perlengkapan untuk fotosintesis golongan gangang tersebut tidak serupa dengan yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi, dan kedua macam algae tersebut telah menjadi sedemikian terspesialisasinya sesuai dengan kehidupan di laut.

Secara umum dari bahasan diatas pergiliran generasi atau keturunan dari gangang hijau dapat dibedakan menjadi :

1.

Isomorf (tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit)
2.

Heteromorf (tumbuhan sporofit tidak sama dengan tumbuhan gametofit)

Pola Daur Hidup

Ada 2 macam pola daur hidup, yaitu :

1.

Haplobiontik yaitu selama pergiliran keturunannya golongan tumbuhan ini hanya mempunyai satu macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid.
2.

Diplobiontik yaitu tumbuhan yang di dalam pergiliran keturunannya mempunyai 2 macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid dan tumbuhan yang bersifat diploid.

Menurut Smith (1955) klas dari Chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu :

1.

Volvocales
2.

Tetrasporales
3.

Ulotrichales
4.

Oedogenales
5.

Ulvales
6.

Schizogonales
7.

Chlorococales
8.

Siphonales
9.

Siphonacladades
10.

Zygnematales

Sedangkan menurut Mattox dan Stewart (1984), ada 5 klas Chlorophyta yaitu :

1.

Micromunadophyceae
2.

Charophyceae
3.

Ulvophyceae
4.

Pleurastrohyceae
5.

Chloophyceae

Klas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 9 bangsa (ordo), yaitu :

1.

Volvocales : sel – sel flagelata dan berkoloni dinding glicoprotein
2.

Tetrasporales : aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagelata nonmotil, sel -sel

dengan vacuola contractile, tibih basal dan bentuk mata, dinding

glicoprotein

1.

Chlorococcales : sel -sel nonmotile, agregasi dan berkoloni sel – selnya tampak

Vacuola contractile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk paa tahap reproduksi saja.

1.

Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel.
2.

Ulvales : parenchymatous sel
3.

Oedogonialies : filament – felamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel

Uninucleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous zoospora dan sperma.

1.

Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel

Multinicleat, filamen atau sascate thalli

1.

Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus;

Siphonaxanthin; dinding selulosa, mannans atau xylan.

Beberapa Contoh Species Divisi Chlorophyta

1.

Desmid

Desmid adalah gangang hijau yang hidup di air dan dapat mengapung bebas, kebanyakan bersel tunggal, meskipun kadang – kadang sel – selnya saling bertautan dari ujung ke ujung untuk membentuk suatu koloni seperti filament. Kebanyakan desmid itu mempunyai tanda – tannda khasberupa penyempitan di bagian tengah yang membagi sel menjadidua bagian sama besar, masing – masing mengandung satu atau dua kloroplas besar. Banyak sekali spesies desmid telah diketahui. Tempat tumbuhnyatersebar luas dan umum terdapat di kolam – kulam dan danau – danau.

1.

Ulothrix

Pada gangang ini filamennya juga tidak bercabnag-cabang, melainkan terdiri dari sebaris sel yang silindris dan pendek berkaitan pada ujung pangkalnya. Sel pangkal biasanya berubah menjadi pelengkap. Tumbuhan ini dijumpai menempel pada batu – batuan dan benda lain dalam sungai kecil dan danau, tetapi juga terdapat dalam masa yang terapung bebas, sebagaimana Spirogyra di permukaan air. Setiap sel hanya mengandung kloroplas yang bentuknya seperti sabuk yang terbuka pada kedua ujungnya. Kloroplas itu dapat mengambil bentuk silinder yang sempurna atau hanya sekitar sebagian selnya, dan mengandung satu atau beberapa pirenoid. Reproduksi asexual pada Ulothrix berlangsung dengan fragmentasi dan zoospore. Pembentukan zoospore pada Ulothrix dapat dikemukakan sebagai contoh dipertahankannya sifat nenek moyang dalam ontogeny lebih kemudian ke tumbuhan yang bersangkutan. Zoospore Ulothrix dengan demikian dapat mewakili tingkatan permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak, tingkatan tersebut merupakan periode pertumbuhan bersel tunggal dan serupa dengan golongan flagelata yang hidup sekarang. Ulothrix, bilamana berkembangbiak dengan zoospora, dengan demikian dapat memberikan bukti mengenai nenek moyang golongan flagelata.

1.

Spirogyra

Studi tentang gangang berfilamen dimulai secara tepat dengan pertimbangan beberapa spesies tumbuhan yang dikenal sebagai spirogyra, yang berukuran besar, mudah diidentifikasi, dan mempunyai daerah penyebaran yang luas. Tmbuhan ini, yang membentuk massa berwarna hijau cerah di permukaan kolam dan sungai beraliran tenang, kerap kali disebut kekam kola. Benang – benangnya tidak bercabang. Setiap sel mengandung sebutir kloroplas, atau pada beberapa spesies bahkan dapat lebih banyak. Kloroplas yang umumnya besar itu terikat dalam sitoplasma tepat di dalam dinding sel. Plastid itu merupakan badan seperti pita dengan tepi – tepi tidak rata, berpilin – pilin dari pangkal sampai ke ujung sel. Pirenoid – pirenoid yang dikelilingi oleh butiran pati, terikat dalam plastid pada selang waktu yang beraturan dan merupakan cirri – cirri menyolok pada selnya. Sitoplasma mengelilingi vakuola besar di pusat. Nukleus, yang dikelilingi suatu kelubung sitoplasma, terdapat di tengah – tengah sel, yang dihubung – hubungkan oleh untaian sitoplasma meluas sampai vakuola dan lapisan sitoplasma di tepi. Reprodukso aseksual pada Spirogyra, ternyata amat sedrhana, Karen setiap sel akan tumbuh dan membentuk suuatu filament. Karena pengaruh aliran air atau pemberian makanan kepada ikan atau binatang yang kecil akan memungkinkan fragmentasi sehingga terbentuk taaman – tanaman baru. Repoduksi seksual menyertakan peleburan dua gamet nonmotil biasanya berasal dari dua filamen yang berainan, lalu menghasilkan zigospora bulat atau bulat telur. Bilamana ada dua filament berdekatan, maka zat berlendir akan melekat padanya. Dari setiap sel yang berhadapan akan tumbh papilla yang disebut tunas.

1.

Protococcus

Organism ini adalah salah satu dari gangang hijau bersel tunggal yang paling umum ditemukan di mana – mana, hidup di darat, tumbuh sebagai selaput tipis berwarna hijau pada batu – batuan yang selalu lembab, dinding, tongak -tongak pagar, dan dengan pohon. Selnya bulat dan mengandung satu kloroplas besar dan tercuping tepat di dalam dinding sel. Satu – satunya cara perkembangbiakan yang diketahui adalah dengan pembelahan sel, yang dapat berlangsung pada salah satu dari ketiga bidang belahnya. Sel – sel anak yang terbentuk dapat memisahkan diri atau dapat pula tetap tinggal berlekatan untuk sementara dalam kelompok yang terdiri atas dua, empat, delapan sel atau bahkan lebih. Protococcus dianggap anggota family gangang berfilamen yang mengalami pertumbuhan teredeksi dengan demikian tidak mempunyai arti penting adlam evolusi tumbuhan tungkat tinggi. Gangang bersel tunggal lainnya yang agak serupa dijadikan contoh untuk mewakili tingkat permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak.

1.

Oedogonium

Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh dengan pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang. Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperi jala, dengan banyak sekali pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium.

Peranan Chlorophyta

Chlorophyta mempunyai peranan di dalam kehidupan sebagai :

1.

Produsen dari ekosistem air
2.

Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorela (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E)
3.

Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan alternative, misalnya Spirulina sp.
4.

Beberapa spesies ganggang hijau – biru yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi) nitrogen bebas , sehingga menambah kesuburan tanah, misalnya : Anabaena azollae.
5.

Chlorella digunakan untuk makanan suplemen, obat-obaatn, dan kosmetik

DIVISI CHRYSOPHYTA

Pendahuluan

Chrysophyta, divisi (divisi) dari unicellular organisme laut atau air tawar dari kerajaan Protista terdiri dari diatoms (kelas Bacillariophyceae), emas, atau emas-coklat, alga (kelas Chrysophyceae), dan kuning-ganggang hijau (kelas Xanthophyceae). Dalam banyak chrysophytes dinding sel terdiri dari selulosa dengan silika dalam jumlah besar. Beberapa memiliki satu atau dua flagella, yang dapat sama atau berbeda-beda. Beberapa bentuk jenis ameboid adalah tanpa dinding sel. Penyimpanan produk makanan dari chrysophytes adalah minyak atau polysaccharide laminarin. Sebelumnya diklasifikasikan sebagai tanaman, yang chrysophytes berisi photosynthetic pewarna klorofil a dan c; tetapi semua-ganggang hijau kuning juga mengandung carotenoid pigmen fucoxanthin. Dalam beberapa keadaan diatoms akan mereproduksi secara seksual, tetapi yang biasa adalah bentuk reproduksi sel divisi. Yang diatoms dan emas-Ganggang coklat yang sangat penting sebagai komponen dari plankton dan nanoplankton yang membentuk dasar dari rantai makanan laut

Chrysophytes, atau emas Ganggang, umum adalah mikroskopis chromists di air tawar. Beberapa spesies adalah warna, namun sebagian besar adalah photosynthetic.. Oleh karena itulah, terutama penting di danau, di mana mereka dapat sumber utama untuk makanan zooplankton.. Mereka tidak dianggap benar-benar autotrophic oleh beberapa ahli biologi karena hampir semua chrysophytes menjadi facultatively heterotrophic karena tidak cukup cahaya, atau di hadapan banyak makanan dibubarkan.. Bila ini terjadi, yang chrysoplast atrophies dan alga Mei gilirannya predator, makan pada bakteri atau diatoms.

Ada lebih dari seribu dijelaskan jenis emas Ganggang, kebanyakan mereka bebas-kolam dan unicellular, tetapi ada berserat dan bentuk penjajahan.. Lain chrysophytes dikeluarkan bagian dalam kehidupan mereka sebagai amoeboid sel. Pada bagian kiri dan pusat di atas adalah gambaran Dinobryon, sebuah genus air tawar di mana individu adalah sel-dikelilingi oleh vas berbentuk loricae, terdiri dari chitin fibrils dan lain polysaccharides.. Koloni yang tumbuh sebagai Branched atau unbranched rantai.. Sebuah bentuk bulat kolonial, Synura, adalah di sebelah kanan; permukaan sel ini dilindungi oleh silika skala.. Spesies yang memproduksi siliceous coverings mungkin bristles atau skala cukup dengan struktur kompleks.. Beberapa kelompok peneliti yang chrysophytes dengan silika dalam skala jenis / takson terpisah, yang Synurophyceae.

Tertua yang dikenal chrysophytes dari calcareous dan siliceous deposito dari Cretaceous usia, tetapi mereka sampai mereka keragaman terbesar di Miocene. Grup sebenarnya memiliki cukup lengkap catatan fosil, karena sebagian besar air tawar chrysomonads rahasia istirahat cysts dari silika, yang mungkin banyak tersedia dalam beberapa batu – dalam beberapa Paleocene deposito, chrysophyte cysts melebihi jumlahnya yang diatoms!. Fosil yang chrysophytes, seperti yang diatoms dan coccolithophorids, sering digunakan sebagai indikator untuk kembali paleoecological kuno lingkungan.

Sekarang umumnya percaya bahwa Chrysophyta adalah kelompok heterogen, mungkin paraphyletic.. Beberapa kelompok sebelumnya termasuk di sini telah diberikan pengakuan terpisah, seperti Raphidiophyceae, Eumastigophyceae, Xanthophyceae, Silicoflagellata, Sarcinochrysophyceae, dan lain-lain.. Namun, sampai sekarang belum ada tidak ada konsensus umum sebagai cara untuk kelompok ini adalah untuk saling terkait atau ke chromist kelompok lain.

Divisi chrysophyta memiliki 3 kelas, berdasarkan pada, persediaan karbohidrat, struktur kloroplas dan heterokontous flagelata. Selain berdasarkan hal tadi divisi chrysophyta juga dapat dibagi ke dalam 3 klas yaitu gangang hijau-kuning, gangang coklat-emas dan diatom.

Dalam chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri dari klorofil A dan C1/C2 dan karotenoid fukosantin. Pengelompokan chrysophyta menunjukan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloropla (girdle lamena). Kloroplast terdiri dari dua membran (CER). Jarak periplastida antara dua kloroplas dan retikulum endoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur. Ribosom terdapat pada permukaan luar CER. Tingkat plagenta yang paling tinggi yaitu heterokontous. Sel heterokontous mempunyai dua flagel, yaitu flagel licin dan flagel dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris.

Karakteristik Pengelompokan Divisi Chrysophyta


Mustigonema dibentuk dalam gelombang antar sel. Dalam Chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri dari klorofil A dan C1 / C2 dan karetonoid fukosanthin.

Diatom merupakan komponen besar planktonic dan komunitas benthic di samudera dan air jenih. Kadang – kadang diatom dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan strategi ekologi : (1) diatom, (2) diatom benthic (periphytic) dan (3) diatom meioplonthonic (tycoplanktonic).

Spesies euplanktonik merupakan anggota plankton tetap. Hampir semua diatom sentrik adalah planktonic dan ditemukan di air jernih dan samudra. Diatom pennate yang sedikit merupakan planktonic. Diatom planktonic sering berproduksi pada musim semu dan musim gugur berkembang pada temperatur danau dan samudera dan pada musim panas berkembang pada latitude tinggi. Hanya sedikit diatom yang diketahui menghasilkan toksin (dari spesies Nitzschia dan Chaetocheros).

Semua diatom benthic adalah pennate. Pada air jernih dan habitat marine, diatom sering merupakan inisial koloni alga pada substrat di bawah permukaan air. Sekresi mucilage oleh diatom dan bakteri membentuk biofilm yang menyediakan substrat berikutnya oleh organisme yang lain. Kepadatan pertumbuhan diatom menghasilkan diskolorasi coklat keemasan.

Klasifikasi Chrysophyta

Chrysophyta dibagi menjadi 3 kelas yaitu:

1.

Kelas Xanthopyceae
2.

Kelas Chrysophyceae
3.

Kelas Bacilloryphyceae / Diatomeae

Ciri – Ciri Kelas

1.

Kelas Xanthophyceae

Xanthophyceae juga lazim dikenal dengan nama alga hijau – kuning, karena alga ini mempunyai plastid hijau kekuningan, warna ini disebabkan kelebihan Xanthofil. Salah satu contoh dari kelas ini adalah Vaucheria yang berwarna hijau kuningdan menyolok, tumbuh secara umum dan kerap kali ditelaah, dahulunya dikelompokkan bersama – sama chlorophyta. Bermacam – macam spesiesnya dapat hidup dalam air atau di darat. Yang hidup di darat dapat ditemui tumbuh dalam massa seperti beludru di kolam atau tepi sungai yang lembab, atau dapat hidup sebagai selaput tipis di tanah kebun dan pot – pot yang ada dalam rumah kaca.

Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic. Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru.

Tumbuhan ini terdiri dari filamen yang berbentuk tabung, kadang – kadang bercabang. Yang hidup di darat dapat tertambat oleh rizoid, yaitu cabang – cabang seperti akar dan tidak berwarna. Filamen berinti banyak dan tidak dibatasi oleh dinding sekat, kecuali jika terdapat struktur reproduktif. Filamen seperti itu dinamai senosit (Coenocyte). Adanya senosit ini tidak hanya pada Vaucheria tetapi juga dijumpai pada alga lain, fungi, dan bahkan pada jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Sitoplasma terdapat tepat di dalam dinding sel dan mengelilingi vakuola besar di tengah – tengah. Di dalam sitoplasma banyak inti, plastid berbentuk cakram yang tidak dilemgkapi pirenoid, dan banyak sekali tetesan minyak.

Reproduksi berlangsung dengan cara asexual dan sexual (oogami). Cara yang pertama biasanya dengan pembentukan zoospora, satu demi satu dalam sporangium berbentuk gada yang dipisahkan pada ujung – ujung cabang. Zoospora itu multinukleat, permukaanya dilengkapi dengan amat banyak flagela, yang terdapat berpasang – pasangan, maka zoospora itu dianggap sebagai struktur majemuk yang merupakan sejumlah besar zoospora kecil yang berflagela dua dan yang tidak berhasil memisahkan diri. Zoospora memisahkan diri dari sporangium melalui pori ujung, berenang – renang selama beberapa saat, lalu menetap, flagela pun hilang, kemudian berkecambah untuk menjadi tumbuhan baru.

Bilamana bereproduksi secara seksual, maka oogonia dan anteridia biasanya terbentuk pada filamen yang sama, pada cabang lateral yang sama, atau dapat pula pada cabang yang berdekatan. Oogonia terdapat di ujung atau pada percabangan sisi yang dipisahkan oleh dinding dari filamen utama atau cabang fertil. Satu telur uninukleat besar yang mengandung plastid dan tetesan minyak terdapat di dalam oogonium. Anteridium terdiri dari bagian terminal suatu cabang sisi, biasanya melengkung dan mengandung sejumlah besar sperma berflagela sangat kecil. Spema keluar melalui pori – pori pada anteridium dan memasuki oogonium melalui pori. Salah satu spema bersatu dengan inti dalam telur. Setelah pembuahan, terjadilah zigot yang membentuk dinding tebal lalu menjalani masa dorman. Sesudah perkecambahan, zigot itu tumbuh langsung menjadi filamen baru.

Secara umum ciri – ciri dari clas Chrysophyta adalah:

1.

Tempat Hidup:

Hidup di air tawar, air laut dan tanah

1.

Susunan Tubuh

Berbentuk sel tungal, contoh : Botrydiopsis

Berbentuk Filamen, contoh : Tribonema

Berbentuk Tubular, contoh : Vaucheria

1.

Susunan Sel:

Umumnya tidak mempunyai dinding sel. Bila mempunyai dinding sel, terdiri dari pektin dan silikon (SiO3). Terdiri dari dua bagian yang saling menutupi, seperti Tribonema sp.

1.

Alat Gerak :

Berupa 2 buah flagel yang tidak sama panjang. Satu bagian di ujung / apikal, bagian yangnya terletak di anterior.

1.

Isi Sel :

Terdapat inti sel : Berbentuk tunggal dan berbentuk banyak inti

Terdapat plastida berbentuk cakram tanpa pirenoid

Pigmen : Klorofil a dan b, Betakaroten, Xanthofil.

1.

Cadangan Makanan :

Berupa krisolaminarin (Lutein)

1.

Perkembangbiakan

Secara Vegetatif, dengan cara pembelahan sel dan fragmentasi

Secara Sporik, dengan cara pembentukan zoospora, contoh : Botrydiopsis, Tribonema

Dengan pembentukan apianospora, contoh : Botrydium

Secara gametik, dengan oogamet (oogami), contoh : Vaucheria.

Dengan Isogamet (isogami), contoh: Botrydium

1.

Klas Chrysophyceae

Klas Chrysophyceae, sering juga disebut dengan nama gangang coklat – emas. Seperti halnya gangang hijau kuning, gangang coklat – emas sangat beragam dalam bentuk meskipun sebagian besar uniseluler dan motil atau berbentuk koloni yang tidak berfilamen. Di dalam sel terdapat satu atau beberapa plastid yang besar, selain dari klorofil, berisikan pigmen karetinoid tertentu yang berlebihan.

Secara umum klas chrysophyceae mempunyai ciri umum yaitu:

1.

Tempat Hidup :

Di air tawar, dan di air laut.

1.

Susunan Tubuh

Berbentuk sel tunggal, contoh : Ochromonas, dan Chrysamoeba

Berbentuk koloni, contoh : Synura dan Dinobryon

1.

Susunan sel:

Umumnya tidak ada dinding sel, maka terdiri dari: Lorika, contoh: Dinobryon, dan Kephryon. Atau bisa juga tersusun dari lempengan silikon, contoh: Sinura dan Mallomonas. Atau bisa juga tersusun dari cakram kalsium karbonat, contoh : Syracospaera.

1.

Alat Gerak :

Terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak sama tiap marga, contoh : Synura dan Syracosphaera, mempunyai 2 flagel yang sama panjang.

Dinobryon dan Ocromonas, mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya. Chrysamoeba, memiliki 1 flagel.

1.

Isi Sel :

Berinti tunggal

Plastida, terdiri dari 1 dan 2

Pigmen, berupa klorofil a, b, dan c. Betakaroten, Xanthofil, berupa lutein, diadinoxanthin, fukoxanthin, dan dinoxanthin.

1.

Cadangan Makanan :

Cadangan makanan berupa krisolaminarin.

1.

Perlembangbiakan dilakukan secara :

Vegetatif dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi. Fragmentasi ada 2 macam, yaitu :

1.

Koloni memisah menjadi 2 bagian atau lebih

Sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru.

1.

Sporik, dengan membentuk zoospora (untuk sel – sel yang yang tidak berflagel) dan statospora.

Statospora yaitu tipe spora paling unik yan diketemukan pada Chrysophyta, khususnya pada kelas Chrysophyceae dengan bentuk speris dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun atas 2 bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau pore dan ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin.

Beberapa spesies bentuk statosporanya bermacam – macam, yaitu :

*

Ada yang berdinding halus
*

Berornamen, dan
*

Berduri, ketiga bentuk tersebut dapat ditemukan pada genus yang non motil, contoh : Chysomonadales

Pada genus yang motil statospora yang diketemukan berada pada fase istirahat, yaitu : flagel tertarik ke dalam dan membentuk bagian yang sperik atau bulat selanjutnya flagel mengalami diferensiasi internal dari protoplasma yang sperik. Yang terpisah hanya bagian membran plasma dari bagian periferi protoplasma asli. Kemudian sekresi dari dinding antara dua membran plasma yang baru terbentuk, kecuali daerah sirkuler, nantinya akan membentuk lubang atau pore.

1.

Klas Bacillariophyceae

Alga ini uniseluler atau berbentuk koloni, yang secara luas tersebar di dalam air tawar dan air asin. Kebanyakan spesies berenag – renang bebas, tetapi beberapa menempel pada tumbuhan atau benda – benda lain. Dinding sel terdiri dari dua belahan, atau katup, yang saling menutupi. Bentuk umum sel itu persegi panjang sampai bulat tetapi banyak variasinya.

Dinding sel terdiri dari lapisan pektin di bagian dalam dan lapisan silika (SiO2) di baian luar. Silika adalh mineral yang paling banyak tersebar di muka bumi dan merupakan bagian pokok kaca. Apabila pektin dan kandungan organik sel itu hancur, maka tersisalah cangkang silika yang tembus cahaya. Katup – katup dihiasi dengan bermacam ragam aluran, kerutan, lubang renik, dan tanda – tanda lain sehingga Bacillariophyceae atau juga sering disebut diatom itu tampak sangat indah di bawah mikroskop. Lubang – lubang kecil pada cangkang yang tidak dapat dilewati memungkinkan hubungan antara protoplas dan lingkungan yang mengandung air. Di dalam sitoplasma terdapat satu sampai beberapa plastid, berisi pigmen coklat – emas yang menutupi klorofil. Zat makanan disimpan dalam bentuk minyak, dan benda ini acap kali dapat terlihat dalam sel seperti tetesan bulat yang besar.

Diatom memperbanyak diri dengan proses seksual, tetapi cara yang utama melalui pembelahan sel. Nukleus, protoplasma, dan plastid berbelah untuk membentuk dua protoplas, masing – masing di dalam salah satu katup. Dinding baru, yang merupakan katup sebelah dalam, kemudian tumbuh di seluruh protoplas masing – masing. Sel anak dapat berpisah atau tetap bersama dalam satu koloni, sel – selnya itu bersatu oleh kelubung (sarung) bergelatin.

Jumlah spesies diatom banyak sekali (sekitar 16.000). Jumlah yang kini hidup atau diketahui pernah hidup dalam masa geologi lampau jauh daripada yang diperkirakan. Sebagian besar hidup dalam air laut, dan apabila tumbuhan renik ini mati, maka jatuh ke dasar laut dan, karena mengandung zat silika, dinding selnya tidak akan hancur -hancur atau tetap lestari. Endapan besar bahan ini yang dikenal dengan nama tanah diatom, dijumpai di banyak di bagian permukaan bumi. Di Amerika Serikat, kumpulan yang terbesar setebal 1.400 kaki (atau lebih dari lima puluh meter) terdapat di California.

Karena tanah diatom ini secara kimiawi itu lebam dan memiliki sifat – sifat fisika yang luar biasa, maka zat itu amat penting dan bernilai bagi industri. Misalnya digunakan untuk bahan penyaringan, yang secara luas digunakan untuk memisahkan zat pewarna dari produk – produk seperti bensin dan gula. Karean bukan penghantar panas yang baik, maka tanah diatom ini digunakan dalam pipa pemanas dan pipa uap. Juga karena menyerap bunyi, bahan ini digunakan dalam alat pengedap suara. Selain itu dimanfaatkan dalam pembuatan cat, pernis, piringan hitam, dan wadah untuk kotak baterai. Karena kerasnya, juga dipakai dalam bahan pelicin, dan bahan pengemplas.

Secara umum ciri – ciri dari klas Bacillariophyceae :

1.

Tempat Hidup

Di air laut, air tawar, ataupun pada tanah – tanah yang lembab.

1.

Susunan Tubuh

Berbentuk sel tunggal

Berbentuk koloni dengan bentuk tubuh simetri bilateral (pennales) dan simetri radial (Centrales).

1.

Susunan Sel

Terdapat dinding sel yang disebut frustula tersusun dari bagian dasar yang dinamakan hipoteka dan bagian tutup (epiteka) dan sabuk (singulum). Frustula ini tersusun oleh zat pektin yang dilapisi silikon. Epiteka dan Hipoteka tersusun oleh valve atas dan valve bawah. Valve tersusun dari : rafe, stria, nodulus pusat dan nodulus kutub.

Pennales pinna berarti sirip, strianya tersusun menyirip, banyak ditemukan di air tawar.

Centrales, central berarti pusat, strianya tersusun memusat, banyak ditemukan di air laut.

1.

Alat Gerak

Fagel terdapat pada sperma.

1.

Isi Sel

Berinti tunggal dan berinti diploid

Pigmen : kolorofil a dan c

Betakaroten dan xanthofil (fukoxanthin)

1.

Cadangan Makanan

Berupa tepung krisolaminarin

1.

Perkembangbiakan

Secara vegetatif, dengan pembelahan sel.

Secara gametik, dengan membentuk auxospora, dengan cara : Partegonosis, pedogami, konjugasi isogami, konjugasi anisogami, autogami dan oogami.

Catatan:

1.

Pembentukan Auxospora

Sel induk akan membelah menjadi 2 sel anak, masing – masing sel anak akan membelah menjadi 2 sel anakan, sel anak makin lama makin mengecil. Sel anak anak lama kelamaan menjadi besar membentuk auxospora.

1.

Partogenesis

Sel induk tidak membelah hanya intinya saja yang membelah secara mitosis, diawali dari mitosis pertama. Kemudian inti melebur, dilanjutkan mitosis ke dua yang pada akhirnya dinding sel pecah dan inti diselubungi lendir dan membentuk dinding baru (auxospora).

1.

Pedogami (perkawinan anak)

Sel dengan satu inti membelah secara meiosis menjadi dua sel anak dan sel anak ini akan menjadi membentuk 4 inti, plasma sel memisah dengan masing – masing dua inti, dua inti pertama mengalami degenerasi. Dua inti yang kedua mengadakan penggabungan (perkawinan anak), membentuk auxospora.

1.

Konjugasi

Dua sel induk berdekatan melakukan senggama, dilanjutkan dengan plasmogami, dilanjutkan dengan sinapsis dan diakhiri dengan karyogami.

Konjugasi anisogami : satu sel dengan satu inti membelah secara meiosis membentuk menjadi 4 inti. 2 inti mengalami degenerasi dan 2 inti bersifat fungsional. 2 inti yang fungsional mengadakan pembelahan sel lagi membentuk 4 inti yang terdiri dari 2 inti besar dan 2 inti kecil. Inti kecil bergabung dengan inti kecil (auxospora).

Konjugasi isogami : pada prinsipnya proses konjugasi isogami sama dengan anisogami. Perbedaanya pada ukuran inti hasil pembelahan adalah sama besar.

1.

Oogami

Oogami dilakukan oleh sel telut (non motil), gamet jantan (motil) yang mendatangi gamet betina (sel telur), mengadakan pembelahan meiosis dan membentuk anteridium.

1.

Autogami

Inti sel membelah secara mitosis menjadi 2 inti, dilanjutkan dengan pembelahan meiosis membentuk 4 inti, 2 inti mengalami degenerasi dan 2 inti bergabung membentuk auxospora.

Secara umum ciri – ciri dari anggota Divisi Chrysophyta adalah sebagi berikut:

I. Chrysophyceae – Ganggang keemasan

A. Chrysophytes dengan emas-coklat chloroplasts, berisi chlorophylls a dan c, dan mayoritas carotenes dan xanthophylls, termasuk fucoxanthin.

B. Kurangnya silicified dinding sel. Sebagian besar adalah bentuk protoplasts telanjang, tetapi beberapa memiliki lorica.

C. Makanan cadangan termasuk chrysolaminarin, yang dimodifikasi laminarin (leucosin) dan minyak.

D. Flagellated memiliki dua bentuk berbeda flagellae.

E. Reproduksi: motil bentuk bagi dengan pembagian, sedangkan non-motil zoospores bentuk produksi motil. Ada juga yang khusus jenis spora unik untuk grup ini, dikenal sebagai statospore. Hal ini berbentuk bola dengan sebuah plug, yang popped menjadi sporagerminates. Isogamous reproduksi seksual adalah langka.

F. Habitat adalah dingin terutama air tawar.

H. Ekonomi dan ekologi signifikans – sedikit nilai dalam rantai makanan, seperti beberapa Dynobryon dan Synura dapat menyebabkan rasa tidak enak air.

II. Bacillariophyceae – Diatoms.

A. Unicellular atau kolonial dengan bentuk silicified dinding sel.

B. Habitat – umum dalam semua situasi air, tetapi terutama dalam air dingin.. Mereka membuat atas sebagian besar plankton, tetapi ada beberapa bentuk terlampir.

C. Makanan cadangan adalah chrysolaminarin (dimodifikasi laminarin) dan minyak.

D. Struktur – dua tumpang tindih memperdua – epivalve dan epicingulum membentuk epitheca, dan hypovalve dan hypocingulum membentuk hypotheca. Cigulums yang membentuk sabuk. Frustule adalah istilah untuk seluruh “shell”. Centric dan pennate jenis diatoms. Pennate bentuk menunjukkan rapha atau celah.

E. Reproduksi

1. Asexual oleh divisi sel, di mana setiap anak perempuan tetap setengah dari tembok asli, yang menjadi epitheca sel yang baru. Dengan demikian setengah dari putri penurunan ukuran sel. Ini hanya dapat berjalan untuk waktu yang terbatas. Reproduksi seksual memungkinkan untuk kembali ke ukuran penuh.
2. Reproduksi seksual melibatkan khusus sel dikenal sebagai auxospore. Mekanisme yang tepat bervariasi, tapi ini adalah khas prosedur: 2n vegetatif sel yang melepas orang pertama dari sel dinding, dan mengalami meiosis, diikuti oleh syngamy, yang mengembalikan kondisi yang 2n. 2n ini protoplasta enlarges ke ukuran penuh untuk spesies. sel sekitar tembok ini orang pertama bentuk, membentuk sebuah auxospore dengan dinding sel tidak seperti mereka yang khas dinding sel. Mitosis sekarang memproduksi dua atau lebih baru sel yang akan membentuk dinding sel baru khas untuk spesies, dan ukuran penuh. Terdapat banyak variasi pada tema umum ini.

F. pentingnya ekonomi.

1. Plankton, khususnya di lautan sejuk, di mana ia adalah produsen utama utama.
2. Diatomaceous bumi. Deposito besar, hingga 3.000 kaki tebal adalah bekas lombong. California merupakan tambang dicatat, dengan luas banyak mil persegi dan kedalaman dari 700 kaki. Menggunakan termasuk:

a. penyaringan, terutama dalam memperbaiki gula, aquariums,

b. denda polandia untuk perak, pasta gigi, c. cat tambahan untuk meningkatkan daya pemantulan.

d. isolasi, terutama dalam tungku pembakaran dengan suhu melebihi 1.000 derajat F.

G. Ecology

1. Spring diatom meningkatkan – invertebrata menetaskan banyak saat ini, dan satu spesies yang dikenal secretes sebuah substansi yang sebenarnya induksi pemijahn di beberapa Balanus.

2. Keragaman paling besar pelagis di daerah-daerah, di mana terdapat kepadatan rendah individu (juga di danau mandul), sementara keragaman rendah di wilayah pesisir dan subur danau, dimana terdapat individu kepadatan tinggi.
3. Karena banyak diatoms memiliki syarat pertumbuhan yang sangat spesifik, pemantauan spesies diatom yang baik adalah indikator kualitas air.
4. Diatoms formulir tikar di dermaga, kapal, dll, sebagai tahap kedua dalam proses fouling, yang culminates di barnacles dan tiram.
5. Memiliki pertumbuhan dilanjutkan setelah 48 tahun kering penyimpanan.

III. Xanthophyceae – Yellow-green Algae Xanthophyceae – Kuning-hijau Alga

A. Karakteristik

1. Ganggang hijau-kuning dengan chloroplasts yang mengandung zat hijau yang biasa dan c, carotenes dan xanthophylls, tetapi tidak fucoxanthin.
2. Dinding sel jika telah hadir besar pectic zat. Mei telah Selulosa sering, dan mungkin penuh dengan silica.

3. Makanan yang chrysolaminarin dan cadangan minyak.

B. Contoh : Vaucharia

. Terjadi di air tawar dan garam, dan di tanah basah. Kawat pijar yang merupakan coenocyte dengan tidak septae lintas. Ada banyak chloroplasts, dengan pyrenoids tidak hadir.
Asexual reproduksi mungkin termasuk zoospores, aplanospores, dan akinetes. Akuatik formulir biasanya menggunakan zoospores, dimana ujung Branched kawat pijar yang akan mengembangkan sekat, dan menjadi orang pertama metamorphoses multi-flagellated multinucleated zoospore. Darat yang biasanya memanfaatkan bentuk aplanospores atau akinetes.
Seksual dan reproduksi adalah oogamous biasanya homothallic.

Manfaat Chrysophyta

1.

Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
2.

Diatom : – bidang perikanan : merupakan fitoplankton

*

Ekosistem Perairan : sebagai produsen primer penyedia bahan organic
*

Bidang Industri : banyak mengandung silikat tanah diatom digunakan sebagai penggosok, isolasi bahan dasar industry kaca dan penyaring bakteri

DIVISI PHAEOPHYTA

Pendahuluan

Phaeophytes, seperti kebanyakan photosynthetic protists, secara tradisional telah diklasifikasikan sebagai tanaman.. Namun, phaeophytes tidak terkait erat dengan tanah tanaman; mereka sel berisi berbagai pewarna, seperti klorofil c dan fucoxanthin.. Mereka juga tidak memiliki plasmodesmata dan produksi pati tanah tanaman dan keluarganya.

Seperti tanaman dan banyak protists, Ganggang coklat mengalami siklus hidup yang kompleks yang melibatkan silih bergantinya generasi. Dalam gambar ini, Anda dapat melihat diploid kelp dengan rata photosynthetic struktur, yang Blades, percabangan dari Stipe, atau hati-hati. The “engah” daerah terlampir ke Blades adalah receptacles, struktur yang gametes yang dihasilkan.

Gangang coklat dibedakan dari alga lain karena warna coklat atau hijau zaitun dan juga struktur tubuhnya serta organ – organ reproduktif. Hampir, semuanya hidup di laut, secara luas tersebar di pantai – pantai laut, terutama di daerah yang lebih dingin. Sekitar 1.000 spesies telah diketahui secara terperinci. Phaeophyta hidup di batu – batuan dalam air sedalam 1,5 – 5 meter atau lebih dan meluas ke arah pantai di daerah – daerah yang maih tertutupi pasang naiknya air laut. Semua spesies multiseluler, beberapa diantaranya berbentuk ramping, sederhana, sedangkan yang lain tumbuh menjadi sangat besar dan berbeda – beda bentuk luarnya. Di antara gangang coklat yang paling umum ialah spesies yang tergolong Fucus dan Ascophyllum. Gulma batu atau Fucus tersebar luas, terutama di wilayah utara beriklim sedang. Tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 100 cm dan melekat dalam massa luas di batu – batuan dan tampak jika air pasang surut. Gelembung udara atau lupa – lupa sepanjang sisi talusnya menyebabkan cabang – cabang seperti garpu timbul di permukaan. Ujung beberapa cabangnya membesar dan berisi organ kelamin.

Genus lain yang dikenal adalah Sargassum. Kebanyakan spesiesnya tumbuh menempel di sepanjang pantai berbatudi daerah tropika dan beriklim ugharia, tetapi Sargassum natans merupakan komponen utama pada massa gulma laut yang terapung – apung di Atlantik Utara. Massa ini berbeda – beda ukurannya dari yang hanya terdiri atas beberapa tumbuhan sampai kepada yang hanya beberapa ratus meter lintangnya. Kawasan yang ditumbuhi gangang coklat ini dikenal dengan Laut Sargasso. “Laut” ini dibatasi oleh gelombang laut sampai suatu daerah lonjong seluas lebih dari dua juta mil persegi, meluas ke Bahama, ke Azores. Tumbuhan tersebut berkembangbiak secara tidak terbatas di laut terbuka dengan cara aseksual, satu – satunya cara reproduksi yang diketahui. Akan tetapi, kebanyakan spesies diketahui bereproduksi secara seksual. Sargassum filipendula menggambarkan penampilan umum tumbuhan genus tersebut. Panjangnya hampir setengah meter, banyak bercabang, dan menyandang lupa – lupa yang kecil -kecil lagi bertangkai.

Gangang coklat yang terbesar, kelp, merupakan salah satu raksasa dalam dunia tumbuhan. Ukurannya yang terbesar dijumpai di pantai barat Amerika Utara, ada yang mencapai panjang lebih dari tiga kilometer. Biasanya kelp terdiri dari satu sampai beberapa helai daun yang dihubungkan oleh tangkai ke suatu pelekap berupa akar yang tumbuh kuat – kuat pada batuan di dasarnya. Lupa – lupa yang merupakan perpanjangan batang membulat dan kosong didapati pada talus banyak spesies. Jaringan sebelah dalam acap kali terdiferesiansi demikian banyaknya sehingga terbentuk sel – sel yang secara stuktual mendekati unsur tapis tumbuhan tingkat tinggi.

Kelp, bersama – sama alga lain, mengambil sari beberapa unsur kimia yang ada di dalam air laut, terutama kalium, dan yodium, dan menimbunnya di dalam jaringannya. Kalium kloride dapat sebanyak 32 % dari berat kering kelp. Konsentrsai yodium dalam kelp dapat 20.000 kali banyaknya yang terdapat dalam air laut. Di Amerika Serikat eksploitasi kelp untuk tujuan komersil tidak menguntungkan karena tersedianya zat – zat kimia tersebtu dapat diperoleh lebih banyak dari sumber – sember lain. Banyak spesies kelp ini dimanfaatkan untuk bahan makanan manusia terutama di Timur. Di Eropa Utara dan negara lain misalnya kelp digunakan untuk makanan ternak. Sudah sejak lama tumbuhan ini digunakan sebagai pupuk; kandungan nitrogen dan kalium tinggi tetapi fosfornya rendah.

Ekstrak dari kelp penting untuk beberapa proses dalam industri. Mungkin lebih dari 50% es krim yang diperjualbelikan diberi algin, suatu koloid dari gangang coklat. Penggunaan bahan ini memberi konsistensi halus kepada produk yang dibekukan itu dan mencegah pembentukan kristal es yang besar selama penyimpanannya. Algin juga digunakan dalam pembuatan produk – produk farmasi, seperti pil, tablet, salep, dan obat pembersih gigi, juga dalam kosmetik seperti lotion dan krem sehabis mencukur. Zat itu penting sekali sebagai komponen bahan cetakan dalam pembuatan gigi palsu. Bannyak lagi kegunaan algin yang bermanfaat bagi manusia.

Klasifikasi dari divisi phaeophyta dibagi berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyta dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

1.

Golongan Isogeneratae

Yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan isomorf, sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh : Ectocarpus, Dictyota, dan Cutleria.

1.

Golongan Heterogeneratae

Yaitu golongan tumbuhan yang mmiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologisnya. Contoh : Laminaria, Nercocystis.

1.

Golongan Cyclosporae

Yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan, contoh : Fucus

Divisi ini hanya mempunyai satu kelas, yaitu Phaaeophyceae.

Ciri – Ciri Umum

1.

Morfologi

Sebagian besar phaeophyta memiliki struktur sebagai berikut: yang Blades, yang Stipe, dan pegangan erat. Semua ini adalah bersama-sama disebut thallus (jamak thalli).. Beberapa juga telah pengapungan bladders untuk membantu menjaga mereka Blades dekat air permukaan dalam rangka untuk lebih baik photosynthesize.. Adaptasi ini timbul sebagai akibat dari lingkungan yang Ganggang coklat ditemukan. Semua Ganggang coklat adalah multicellular; tidak ada yang unicellular atau kolonial.. Mereka memiliki luas permukaan besar untuk acquier dibubarkan gizi berupa air di sekitarnya. Beberapa kelp Blades mendapatkan hingga 100 meter panjang.

1.

Habitat

Ganggang coklat ditemukan di seluruh dunia.. Hampir semua adalah organisme laut dan lebih dingin, air aktif, meskipun beberapa lebih suka iklim tropis dan subtropis.. Phaeophytes yang lebih sejuk karena iklim sejuk air itu mampu bertahan lebih tinggi konsentrasi karbon dioksida, yang digunakan dalam fotosintesis.. Mereka ditemukan di lepas pantai hampir setiap negara.. Mereka adalah bagian penting dari flora laut, karena menyediakan makanan, tempat berlindung, pemijahan daerah, dan substrat untuk berbagai hewan laut.

Phylogeny dan sejarah evolusioner

Seperti yang dilihat, cabang ini (Chromista) adalah dipisahkan dari Ganggang merah dan hijau.. Mereka dipisahkan karena tertentu klorofil yang mengandung mereka.. Ini adalah klorofil c, yang tidak hanya ditemukan di Phaeophyta, tetapi juga berikut phyla: Dinoflagellata, Bacillariophyta, dan Chrysophyta.

Dari bagian di atas. Hal pertama adalah thallus.. Ia digunakan untuk seaweeds yang memiliki tubuh plantlike, tetapi tidak benar bagian tanaman. Akar yang macam hal di bawah disebut holdfasts.. There is also a stipe , which is the stemlike structure. Ada juga yang Stipe, yang merupakan stemlike struktur.. The Blades (leaflike struktur) yang didukung oleh Stipe.. Seperti tanaman, yang Blades adalah bagian di mana fotosintesis berlangsung.. Dalam beberapa Ganggang coklat, permasalahan mengaktifkan Blades untuk tinggal dekat permukaan air. Permasalahan tersebut, (tidak kita di atas) adalah seperti bola sedikit di dekat akhir Blades.. Lain adaptasi dapat ditemukan pada dinding sel. Selain selulosa, ganggang coklat juga telah membentuk sebuah gel-polysaccharide yang membantu untuk bantalan yang thalli (yang plural thallus) terhadap ombak yang kuat.

1.

Perkembangbiakan

Pekembang biakan dilakukan secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan perantaraan cabang – cabang kecil yang dibentuk di bagian basal dan thalussnya atau dapat pula dilakukan secara fragmentasi thalussnya. Perkembang biakan seksual dilakukan secara oogamis. Gangang ini bersifat monoesis atau diesis.

Menurut Tjitsosopomo (1983), struktur reproduksi dalam kelompok gangang coklat, banyak yang serupa dengan yang dijumpai pada alga hijau. Reproduksi aseksual dengan zoospora berflagela dan reproduksi seksual secara isogami atau oogami, bergantung kepada sama tidaknya gamet – gamet yang berpadu. Alga coklat, seperti halnya alga hijau mungkin berasal dari nenek moyang yang berflagela

Salah satu contoh spesies yang mudah dilihat cara perkembangbiakannya adalh Fucus, Fucus berkembang biak hanya secara seksual melalui oogami. Telur dan sperma terbentuk di dalam ruang berbentuk bola, dinamai konseptakel, di ujung – ujung tallus yang membengkak. Letak setiap konseptakel dicirikan oleh lubang renuk yang membuka ke ujung luar dan tampak oleh mata bugil. Telur dan sperma mungkin terbentuk dalam konseptakel yang sama, tetapi lebih umum keduanya tebentuk dalam ruang terpsah pada Thallus yang sama atau berlainan.

Satu spesies yang ditelaah secara umum ialah Fucus vesiculosis yang membentuk konseptakel pada talus berada. Di dalam organ betina terdapat banyak sekali oogonia, bertangkai, masing – masing menghasilkan sel sperma. Anteridia tersusun dalam kelompok pada filament pendek bercabang yang timbul darri dasar dan tepi konseptakel. Pada kedua macam konseptakel tersebut banyak sekali dijumpai rambut – rambut tidak bercabang dan berwarna.

Generasi sporofit merupakan tubuh tumbuhan Fucus. Oogonia dan anteridia muda itu uniseluler, dengan nuklea 2n. Telur – telur nya terbentuk setelah pembelahan inti tiga kali berturut – turut, dua diantaranya ialah meiosis. Sesudah pembelahan yang ketiga, sitoplasma tersusun mengitari setiap nekleus, jadi membentuk telur. Sama halnya, nucleus diploid pada anteridia juga menjalani meiosis, dan hal ini disusun oleh sejumlah pembelahan mitosis, sampai menghasilkan 64 sperma.

Bilamana sudah matang, gamet – gamet itu dikeluarkan ke dalam air. Baik telur maupun sperma mula – mula dikelilingi suatu selaput tipis, tetapi segera sobek – sobek dan gamet – gamet bebas keluar. Hal ini tidak lazim, karena pada galibnya gamet – gamet nonmotil tetap di di dalam organ seks betina dan tidak dilepaskan sebelum pembuahan. Begitu terlepas, maka sperma – sperma berenang – renang disekeliling telur itu sampai ada satu spema yang berhasil memasukinya. Setelah fertilisasi, zigot membentuk dinding tebal, lalu melekat pada suatu batuan, dan langsung tumbuh menjadi tumbuhan baru.

Perlu diperhatikan bahwa oogonia dan anteridia terbentuk pada generasi sporofit, berlawanan dengan keadaan yang biasa yaitu organ – organ yang mengandung gamet dihasilkan oleh generasi gametofit. Untuk menjelaskan hal ini, ada beberapa ahli tentang alga yang berpendapat bahwa oogonia itu sebenarnya adalah megasporangia dan anteridia itu mikrosporangia. Berdasarkan pendapat ini, struktur – struktur yang dihasilkan di dalam organ – organ seks, sesudah meiosis, merupakan megaspore besar yang nonmotil dan mikrospora kecil yang motil. Spora – spora ini berbeda dalam perilaku dengan spora – spora pada tumbuhan lain, karena fungsinya yang langsung sebagai gamet, bersatu sehingga membentuk zigot. Generasi haploid dengan demikian dianggap sangat tereduksi, hanya terdiri dari gamet – gamet itu sendiri bersama – sama nucleus – nekleus haploid yang mendahului pembentukannya.

1.

Pembuahan

Sebelum terjadinya pembuahan, banyak antherizoid mengelilingi sel telur. Pada gangang ini terbentuk 8 sel telur. Bisanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadilah inti diploid. Zigot segera membentuk tonjolan yang akan membentuk rhizoid, hingga meninjukkan adanya populaitas. Faktor luar seperti cahaya, suhu, ph dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupakan faktor bagi perangsang terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup dalam sel telur. Maka mula – mula pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yan terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.

Ciri – Ciri Klas

Classis : Phaeophyta

1.

Thallus dari jenis – jenis yang tergolong phacophyceae selalu bersel banyak (multiseluler). Umumnya makoskopis dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakopora yang berwarna coklat kekuning – kuningan karena adanya kandungan fikosantin yang melimpah. Pigmen yang terkandung dalam phaeophyta tersebut adalah klorofil A, klorofil C, beta karoten, fikosantin, flaposantin, neosantin, fukosantin, neufukasantin A dan neufukasantin B. Cadangan makanan berupa laminarin, yaitu beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu : selulosa, asam alginat, fukan dan fuoidin. Asam alkinan dan fukoidin mempunyai struktur kimia lebih kompleks dari pada selulosa, tetapi senyawa – senyawa tersebut tidak merupakan komponen struktural. Fungsi skelatel dari ganggang ini diperkirakan berasal dari sifat – sifat fisik pembentuk “gel” yang larut dalam viskus.

Gambar Morfologi dari Divisi Phaeophyta

1.

Perkembang biakan

Perkembang biakan dapat terjadi atau dilakukan secara seksual dan aseksual

1.

Perkembang biakan aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tidak berdinding. Zoospora mempunyai dua buah flagella yang tidak sama panjang, terletak di bagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yamg uniseluler, dinamakan sperangia yang unilokuler atau spora dibentuk dalam sporangium yang multi seluler yang disebut sporangium prolilukuler.
2.

Perkembang biakan seksual dilakukan secara isogami dan anisogami.

1.

Struktur Vegetatif

Dalam daur hidupnya \, semua phaeophyceae kecuali bangsa fucales menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit yang masing – masing hidup sebagai individu yang bebas. Pergantian keturunan tersebut bersifat isomorfik dan heteromorfik.

Ukuran thalusnya baik sporofit maupun gametofitnya, bermacam – macam. Beberapa marga gametofit ataupun sporofitnya hanya terdiri dari beberapa sel saja, tetapi sebaliknya sporofit dari ” Gangang Pirang Raksasa” mencapai tinggi atau panjang sampai berpuluh – puluh meter. Sporofit maupun gametofit dewasa mempunyai bentuk tertentu. Sebagian besar dari phaeophyceae, pertumbuhannya bersifat trikhothallik. Pertumbuhan trikholthahilik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel – sel yang letaknya di bagian basal dari filamen yang terdapat pada ujung thallus. Sel – sel tersebut aktif membelah.

1.

Distribusi

Sebagian besar phaeophyceae terdapat di laut, hanya ada tiga jenis saja yang hidup di air tawar dan jenis – jenis ini meruupakan jenis yang langka. Phaeophyceae banyak terdapat di daerah yang beriklum dingin. Alga ini mendominasi bagian literal daerah artik dan antraktik. Kearah daerah tropik jenis ini makin berkurang. Walaupun demikuan, maka dari bangsa dikhtyalles dan jenis – jenis dari sargassum da turbinaria hanya terdapat di daerah tropik dan subtropik. Sebagian dari phaeophyceae hidup melekat pada substrat karang dan lainnya, beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.

Ordo : Ectocarpales

Ectocarpales mempunyai pergantian keturuna yang isomorf, thallus berbentuk yang bercabang – cabang, bebas atau saling berhubungan satu dengan lainnya hingga membentuk jaringan pseudoparenkhimatik. Alat reproduksi / perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lin atau membentuk suatu rantai. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit gamet. System klasifikasi dari bangsa ini seluruhnya didasarkan atas struktur vegetative dan cara perkembangbiakannya.

Marga Ectocarpus

Thallus dari gangang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dengan plastida yang berbentuk pita atau piring. Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagela 2 buah dan dibentuk di dalam alat reproduksi yang molekuler atau plurilokuler. Alat reproduksi tersebut biasanya terdapat pada ujung – ujung cabang lateral.

Perkembangbiakan sporangia yang unilokuler dimulai dengan membesarnya sel terminal dan cabang yang pendek. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur, ukurannya menjadi beberapa kali sel semula. Inti tunggal yang terdapat dalam sporangia muda mengalami pembelahan meiosis yang diikuti 32 – 64 inti. Jika pembelahan inti berhenti, terjadilah celah – celah yang membagi protoplast menjadi protoplast – protoplast berinti satu. Masing – masing protoplast ersebut mengalami metamorphose menjadi zoospore yang berbentuk seperti buah pir dan berflagella 2 buah di bagian lateral, tidak sama panjang. Flagella yang pendek diarahkan ke belakang sedang yang panjang ke muka. Zoospora dikeluarkan dalam suatu massa melalui lubang kecil yang kemudian dapat berenang bebas. Setelah zoospore dikeluarkan, maka sporangia baru terbentuk di sebelah dalam dinding yang lama.

Gametofit bersifat homothallis atau heterothallis. Gamet dibentuk dalam gametangium yang plorikuler yang perkembangganya identikdenan perkembangan sporangium yang plorikuer. Sel yang terbentuk mengalami metamorfosa menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Gamet dibebaskan melalui suatu porus di bagian terminal dari gametangium. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik. Gamet betina akan lebih cepat mengalami waktu istirahat dari pada yang jantan, gamet betina kemudian dikelilingi oleh banyak sekali gamet jantan. Gamet jantan melekat pada yang perantaaraan flagellate yang anterior. Salah satu diantara gamet jantan melebur dengan gamet betina ini sedang gamet jantan lain yang akan pergi. Setelah terjadi persatuan gamet, maka terbentuklah zigot yang berdinding tipis. Zigot langsung berkecambah menjadi sporofit yang diploid. Sporofit mengandung sporangium yang plurikoler yang menghasilkan zoospore yang diploid. Zoospore berkecambah menjadi sporofit (A) yang sifatnya diploid. Sporofit ini juga membentuk sporangium yang unilokuler (F), inti dari sporangium tersebut : mengadakan meiosis, hingga zoospore yang dihasilkan bersifat haploid (G). zoospore kemudian tumbuh jadi gametofit yang haploid (H). gametofit mengandung gametangium yang prolukuler (I) yang menghasilkan gamet (J), persatuan gamet kemudian terjadi (K) dan terbentuklah zigot (L). zigot tumbuh sporofit yang diploid (A).

Bangsa Fucales

Thallus dari jenis – jenis gangang yang termasuk bangsa ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametogenesis. Alat kelamin terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, gangang ini tidak menunjukkan adanya pergantian keturunan.

Suku Fucaceae

Marga Fucus

Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus berwarna coklat tua, berbentuk pita yang bercabang dikhotom dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis dari fucus ini, mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya untu menyimpan udara hingga membantu keterapungannya, letak dar gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang – cabang menggelembung dan mengandung konseptakel, tempat konseptakel berkumpul tersebut dinamakan reseptakel, secara anatomi, thallus tersusun atas meristoderm, korteks dan medulla.

Familia Sargassaceae

Sargassum terdapat di laut daerah tropic atau sub tropic di belahan bumi bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus laut melintas laut atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua eropa. Jenis – jenis yang banyak sekali tumbuh di sepanjang pantai Australia, India, Srilangka, China, Jepang dan di Indonesia. Di jepang Sargassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan makanan.

Thallus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks, sepintas lalu memberi kesan seakan – akan tubuhnya mempunyai akar, batang dan daun. Pada bagian “tangkainya” (bagian yang menyerupai batang) terdapat banyak cabang – cabang lateral yang menyerupai daun sering disebut filoid. Di dekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik.

Secara umum cirri – cirri dari familia sargassaceae diantaranya adalah :

1.

Tempat Hidup

Kebanyakan anggotanya phaeophyta hidup di dalam air laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Dilaut dan di samudra, di daerah iklim sedang dan dingin.

1.

Susunan Tubuh :

Berbentuk benang, contoh: Ectocharpus

Berbentuk multiseluler, contoh : Dictyota, Necrocistis, Fucus

1.

Susunan Sel

Umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel, yang tersusun dari tiga macam polimer, yaitu : selulosa, asam alginate, fukan dan fukoidin. Dimana algin dan fukoidin lebih kompleks dari selulosa dan gabungan dari keduanya membentuk fikokoloid. Kadang – kadang dinding sel-nya juga mengalami pengapuran.

1.

Isi Sel :

Berinti tunggal, bagian pangkal berinti banyak.

Kloroplas dengan berbagai macam bentuk, ukuran, dan jumlah.

1.

Pigmen :

Klorofil a dan c

Betakaroten

Xantofil : Fukoxanthin yang terdiri dari violaxanthin, flavoxanthin, neofukoxanthin a dan neufukoxanthin b

1.

Cadangan Makanan

Berupa laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulosa daripada zat tepung. Selain laminarin juga ditemukan manitol, minyak dan zat – zat lainnya.

1.

Alat Gerak :

Berupa flagel, terletak pada sel – sel perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah 2 yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut – rambut mengkilat menghadap kemuka yang pendek menghadap kebeakang. Dekat dengan keluarnya flagel terdapat bintik mata yang berwarna kemerah – merahan.

1.

Perkembangbiakan

Perkembangbiakan terjadi secara vegetative, dengan fragmentasi.

1.

Perkembangbiakan secara sporik, dengan membantuk zoospore :

Contoh : Ectocarpus, Neecocystic

Dapat juga melakukan aplaniospora

Contoh : Dictyota

Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1.

Unilokuler, dimiliki oleh anggota phaeophyta yang unilachuler

Contoh : Nercocystic, Dictyota, dan Ectocarpus

1.

Plurikuler, dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler

Contoh : Ectocarpus.

Pembentukan Unilokuler :

Terjadi dari sel terminal, dengan cabang pendek yang membasar. Sporangia muda berbentuk belat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih besar dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meiosis sehingga dihasilkan 32 – 64 inti. Selanjutnya terjadilah celah – celah yang membagi protoplas yang berinti satu. Masing – masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora berflagel 2 yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flael yang pendek diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan.

Pembentukan plurilokuler

Berasal dari sel terminal yan pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan transversal secara berulang – ulang. Yang akhirnya dihasilkan 6 – 12 sel. Pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20 – 40 deretan. Protoplas pada masing – masing sel mengalami metamorfosa menjadi zoospora yang emiliki 2 flagel (diploid). Diikuti dengan thallus yang bersifat diplois dan terbentuklah sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorikuler.

1.

Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oelh sporangium yang plurilokeler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara :

1.

Isogami, contoh : Ectocarpus
2.

Anisogami. Contoh : Cuthleria
3.

Oogami, contoh : Fucus

Manfaat Phaeophyta

1.

Macrocrystas pyrifera menghasilkan iodine, yaitu unsur yang
dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok Macrocystis (alga coklat)
2.

Macrocrystas adalah makanan suplemen untuk herwan ternak karena kaya Na, P, N, Ca.
3.

Laminaria, Fucus, Ascophylum menghasilkan asam alginate sebagai pengental dalam produk makanan (sirup, soklat, permen, sald, keju, es krim) dan pengental dalam industri (lem, tekstil, pelapis kertas, tablet antibiotic, pasta gigi)

DIVISI PYRROPHYTA

Pendahuluan

Kebanyakan anggota divisi ini disebut dinoflagelata, yakni mencakup berbagai spesies yang uniseluler, motil, beberapa tanpa membungkus tetapi sebagian besar dilengkapi dengan dinding sel. Ciri yang utama ialah adanya celah dan alur sebelah luar, masing – masing mengandung satu bulu cambuk dengan satu alur melintang dan seluruhnya melingkupi selnya, yang satu lagi membujur dan hanya meluas sepanjang satu sisi. Dinding sel, bilamana ada, acap kali dibagi – bagi menjadi lempengan selulose poligonal, yang brsambungan sangat rapat. Beberapa plastid, yang berisi klorofil dan pigmen coklat kekuning – kuningan tersimpan di dalam sel. Cara perkembangbiakan yang umum ialah pembelahan sel. Dinoflagelata terutama hidup di dalam air laut meskipun beberapa spesies terdapat dalam air tawar, kadang – kadang dalam jumlah besar. Sejumlah dinoflagelata marine bersama dengan binatang laut yang amat kecil, bersifat pendarfosfor dan memancarkan demikian banyaknya cahaya sehingga sangat menyolok pada waktu malam, teristimewa jika laut itu terganng. Dinoflagelata, bersama -sama diatom, sangat penting perananya dalam ekonomi laut.

Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau Dinoflagellata merupakan protista yang hidup di laut atau air tawar, dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c , tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantophil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten yang memberikan warna coklat atau warna coklat emas. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak. Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit, hidup bersimbiose atau holozoik sehingga dinamakan pula sebagai Dinoflagellata karena mempunyai sepasang flagella yang tidak sama panjang. Karakteristik dari organisme ini dari eukariotik lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal dengan sifat mesokariotik.

Dinoflagellata adalah mikroskopis, (biasanya) unicellular, flagellated, sering photosynthetic protists, umumnya dianggap sebagai “Ganggang” (Divisi Pyrrophyta). Mereka dicirikan oleh melintang flagellum yang encircles tubuh (seringkali dalam alur dikenal sebagai cingulum) dan longitudinal flagellum berorientasi lurus ke malang flagellum. Kedua flagella yang terpasang di titik yang sama pada dinding sel, dengan konvensi mendefinisikan permukaan perut. Jalur ini biasanya sedikit depresi, dan adalah istilah yang sulcus. Dalam heterotrophic dinoflagellates (orang yang makan organisme lain), ini adalah titik di mana struktur berbentuk kerucut makan, yang gagang bunga, diproyeksikan untuk mengkonsumsi makanan. Dinoflagellates memiliki struktur yang unik nuklir di beberapa tahap siklus hidup mereka – sebuah dinokaryotic inti (sebagaimana berlawanan dengan eukaryotic atau prokaryotic), di mana chromosomes adalah perminently kental. Sel dinding banyak dinoflagellates dibagi ke dalam piring dari selulosa ( “baja”) dalam amphiesmal vesicles, dikenal sebagai theca. Piring ini suatu bentuk geometri / topologi dikenal sebagai tabulasi, yang berarti utama untuk klasifikasi. Kedua heterotrophic (makan organisme lain) dan autotrophic (photosynthetic) dinoflagellates diketahui. Beberapa adalah baik. Mereka membentuk bagian penting dari dasar planktonic produksi baik di lautan dan danau. Kebanyakan dinoflagellates sedang melalui siklus hidup kompleks yang melibatkan beberapa langkah, baik seksual dan asexual, dan bukan mobil-mobil. Beberapa jenis bentuk cysts terdiri dari sporopollenin (sebuah polimer organik), dan melestarikan sebagai fosil. Seringkali tabulasi dari beberapa dinding sel dinyatakan dalam bentuk dan / atau hiasan dari kista.

Karena mereka photosynthetic, dinoflagellates berisi chloroplasts. Sebagian besar spesies mempunyai dua flagella, yang kandang jika organisme merupakan kista. Dinoflagellates berisi cholorophyll klorofil a dan air bersih c2. Dinoflagellata memiliki dua bentuk: berlapis baja (dengan thecal piring) dan telanjang. Beberapa spesies adalah bioluminescent, yang berarti bahwa mereka dapat menghasilkan cahaya sendiri, mirip dengan fireflies. Selama periode dari lingkungan stres, dinoflagellates formulir cysts. Yang paling umum dinoflagellate fosil adalah orang-orang dalam bentuk kista. Namun, beberapa spesies memiliki kista sel dinding terbuat dari selulosa, yang tidak menjadi fosil. Mereka yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat dari bahan yang mirip dengan sporopollenin.

Ada tiga jenis dinoflagellate cysts: istirahat, sementara, dan vegetatif. Istirahat cysts hasil dari perpaduan seksual, dan sebagai hypnozygotes Dinoflagellates muncul sebagai istirahat cysts yang terbengkalai Sementara kista ini dibentuk di bawah kondisi buruk. Kista yang akan terbelah dan baru akan flagella formulir apabila lingkungan meningkat Tidak seperti istirahat atau sementara cysts, vegetatif cysts adalah metabolically aktif. Mereka mungkin juga reproductively aktif. Dalam beberapa dinoflagellates, seperti Blastodinium dan Symbiodinium spesies, vegetatif kista yang utama adalah tahap siklus kehidupan. Sebagian besar spesies dinoflagellate adalah sekurang-kurangnya sebagian photosynthetic. Beberapa heterotrophic spesies adalah parasit, mendapatkan nutrien melalui host. Salah satu bentuk siklus hidup adalah haplontic tahap, yang berisi vegetatif haploid sel. Sel ini reproduces asexually. Dalam siklus ini, satu-satunya adalah diploid sel zygote. Ada juga yang diplontic siklus hidup, dengan vegetatif diploid sel seksual dan reproduksi. Hanya gametes adalah haploid. Akhirnya, ada diplohaplontic siklus, yang secara bergantian antara diploid dan haploid (seksual dan asexual) generasi. Haplontic adalah tahap yang paling umum, namun ada pengecualian, dan semua tiga dapat ditemukan dalam divisi ini. Yang lebih kompleks terjadi antara siklus hidup parasit simbiotik atau spesies. Adalah umum selama asexual reproduksi untuk sel induk untuk menumpahkan semua atau bagian dari dinding sel.

Selain hal diatas, banyak sekali pendapat para ahli mengenai dinoflagelata diantarany. Hanya sedikit dinoflagelata yang mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lainnya adalah heterotop. Hanya dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis. Adanya dua pola pigmentasi adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagellata. Banyak dinnoflagellata yang memiliki klorofil A dan C2 dan fucoxanthin. Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelata yang lain akan dibicarakan kemudian. Karbohidrat disimpan dalam zat tepung. Tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting sebagai cadangan. Sel dari dinoflagelata tidak dilingkupi oleh dinding tetapi memiliki sebuag theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari selulosa. Nekleus dan kloroplast memiliki sifat yang tidak biasa.

Kebanyakan dinoflagelata adalah sle biflagelata solitary. Dua tipe dasar telah dapat dibedakan. Desmokont memiliki dua anterior flagelata, satu flagellum mungkin melingkari diatas permukaan sel. Dinokont memiliki flagela insert yang lateral, satu flagelum adalah seperti pita dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbalik. Tipe sel dinikont dibagi oelh dua lekukan ekuatorial dan korset ke dalam epicone dan hypocone. Flagelum posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama, dinoflagelata berasal dari gerakan berputar dan sel swimming. Meskipun kebanyakan dinoflagelata adalah flageta uniseluler, koloni dari sel flagellata, sel non – flagellata, pengumpulan palmelloid, dan filamen adalah diketahui. Selvegetatif non – flegellata menunjukan bahwa dinoflagellata alami ketika mereka pada tahapan reproduktif membentuk dinokont.

Habitat

1.

Kehidupan dalam Air

Baik air tawar maupun air laut mengandung organisme yan luar biasa beragamnya. Beberapa diantaranya hidup di dalam beberapa melekat, dan yan berenang – renang dengan bebasnya. Banyak yang terapun pada atau dekat permukaan, nonmotil atau berenag secara lemah saja, dan mudah terpengaruh arus atau pasang. Spesies yang terapung bebas ini dinamakan Plankton dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Beberapa unsur pokok pada plankton, seperti misalnya algae dan ubur – ubur tertentu, besar – besar, tetapi kebanyakan sangat kecil hampir mendekati ukuran mikroskopis. Istilah plankton dalam pemakaian sehari – hari dikenakan bagi bentuk yang sangat kecil daripada yang besar – besar dalam kehidupan terapung.

Fitoplankton terutama uniseluler atau kolonial, dan mengandung berbagai spesies yang tergolong dalam kebanyakan kelas algae, bersama beberapa bakteri dan fungi. Zooplankton terdiri dari bentuk – bentuk uniseluler atau multiseluler dan mencakup sejumlah besar binatang invertebrata kecil – kecil lagi beragam, bersama dengan tingkatan larva bentuk – bentuk kehidupan lain, baik yang akuatik maupun yang teresterial. Kepentingannya dalam rantai makanan dalam air hampir tidak dapat diduga dalam tinngi.

1.

Rantai makanan dalam air laut.

Telah ditekankan betapa pentingnya peran tumbuhan hijau dalam menunjang kehidupan semua binatang termasuk manusia. Tumbuhan hiaju merupakan mata rantai primer atau fundamental di antara banyak rantai makanan. Dalam air, sebagaimana di daratan, kehidupan bergantung pada kegiatan organisme autotrfik, tetapi dalam air gannganglah yang merupakan pangkal semua rantai makanan. Lautan merupakan bagian permukaan bumi sebesar 71 %, dengan areal luas sekitar kira – kira 140 juta mil persegi. Volume air dalam lautan kira – kira 324 juta mil – kubik, sekitar 11 kali luas seluruh daratan di atas permukaan laut.

Lautan mengandung berbagai macam tumbuhan dan binatang yang kompleks, bahkan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang ada di daratan. Populasi plankton berbeda – beda menurut daerahnya : di beberapa daerah jumlahnya sedikit, di tempat lain justru banyak sekali. Biasanya kuantitas senyawa fosfor dan nitrogen merupakan faktor – faktor yang membatasi populasi.

Gangang dalam fitiplankton, bila diberi cahaya matahari dan unsur – unsur esensial, menghasilkan bahan makanan organik, sebagaimana tmbuhan hijau di daratan. Ikan – ikan dan bentuk – bentuk lain dalam air untuk hidupnya bergantng kepada algae baik secara langsung maupun tidak langsung, dan pada gilirannya ikan itu merupakan bahan makanan penting bagi binatang lebih besar, juga manusia.

Komponen phitoplankton yang merupakan unsur dalam jaringan rumit untuk kehidupan ini terdiri dari dua macam: diatom dan dinoflagelata. Diatom jauh lebih penting, namun keduanya terdapat dalam lautan dengan jumlah yangluar biasa banyaknya dari tempat ke tempat dan waktu ke waktu jumlah itu dapat bervariasi. Misalnya telah ditemukan di pantai timur Amerika Serikat diatom sejumlah sampai 1 – 2 juta galon per air laut.

Dibandingkan dengan diatom, dinoflagelata jauh lebih sedikit jumlahnya dan agak kurang penting artinya. Walaupun demikian, dinoflagelata kadang – kadang dijumpai dalam jumlah demikian banyaknya sehingga warna lautan menjadi berubah sampai amat luas. Hal ini terjadi di Teluk Meksiko sekali – kali. Airnya menjadi berwarna kekuning – kuningan sampai coklat kemerah – merahan, karena itu dinamai “pasang merah”. Jumlah dinoflagelata yang telah mencemarkan suatu daerah diperkirakan lebih dari 200 juta sel per galon. Akibat racun yang dikeluarkan oleh dinoflagelata ke dalam air, maka berjuta – juta ikan mati dan terdampar di tepi pantai florida bagian selatan. Kejadian ini dilaporkan berulangkali terjadi semenjak tahun 1844. Juga eristiwa perubahan warna karena dinoflagelata dan algae lain telah diberitakan di banyak bagian permukaan bumi kita.

Hubungan makanan dalam air, sebagaimana di darat, banyak sekali dan amat rumit. Seperti halnya di darat organisme dapat diklasifikasikan sebagai produsen dan konsumen. Beberapa rantai makanan itu sederhana, contohnya dijumpai pada tiram yang memakan diatom dan pada gilirannya tiram dimangsa oleh binatang laut atau dimakan oleh manusia. Satu rantai makanan seperti itu merupakan masalah kesehatan masyarakat. Satu spesies dinoflagelata yang terutama didapati sepanjang pantai Pasifik di Amerika Utara menghasilkan racun yang amat kuat, suatu alkoloid begitu beracunnya sehingga satu per juta per gram dapat membunuh seekor tikus. Remis laut banyak sekali memakan dinoflagelata ini dan memusatkan zat racun di dalam kelenjar pencernaan dan hati. Racun itu tidak berbahaya bagi kerang, tetapi bilamana kerang itu termakan manusia selama bulan – bilan musim panas akan berakibat amat parah bahkan tercatat menimbulkan kematian.

Lebih umum ialah banyak macam organisme merintangi produsen dan konsumen akhir. Fitiplankton acap kali merupakan makanan bagi zooplankton. Contoh yang dikebali ialah sebangsa udang renik Copepoda anggota Crustaceae udang laut besar dan kinjing.

Diatom dan dinoflagellata dumakan oleh udang Copepoda, dan organisme ini dimakan oleh ikan – ikan kecil, yang pada gilirannya dimakan oleh ikan – ikan lebih besar seperti ikan tuna, ikan pedang, dan iakn biru yang kesemuanya dapat menjadi bahan makanan bagi manusia.

Zooplankton yang dilahap oleh binatang yang lebih besar tidak saja udang Copepoda tetapi juga tingkat larva Crustacea lainnya, cacing kecil, keong renik, dan binatang lain. Banyak iakn hidup dari fitoplankton dan zooplankton, dan ikan besar dapat memakan zooplankton dan ikan kecil. Tetapi kehidupan di laut sebagian besar bergantung kepada diatom.

1.

Rantai makanan dalam air tawar

Hubungan makanan di dalam air tawar serupa yang dijumpai dalam lautan. Diatom banyak sekali, tetapi dinoflagelata jauh lebih kurang penting dibandingkan dengan yang di laut. Selain diatom, bentuk – bentuk uniseluler dan kolonial gangang hijau biru – biru, gangang hijau, gangang coklat – emas dan algae air tawar lainnya dimakan oleh zooplankton. Komponen penting pada zooplankton air tawar, selain udang Copepoda, juga kutu air, rotifera, larva berbagai macam serangga. Ikan – ikan kecil memakan zooplankton dan pada gilirannya dimangsa oleh ikan lebih besar, yang juga memakan zooplankton yang lebih besar, bersama dengan serangga besar lainnya.

Dalam rangka peningkatan produksi makanan, dan untuk tujuan rekreasi, maka sungai dan danau kerap kali ditambahkan ikan – ikan. Sebelum melakukan hal itu, airnya harus diperiksa secara cermat akan hal temperatur, derajat pencemaran, dsn terutama banyaknya makanan alamiah bagi ikan. Penambahan ikan ke dalam sungai atau danau kadang – kadang dilakukan tanpa pengetahuan lengkap tentang ekologi sungai dan danau yang bersangkutan. Tidaklah memadai, bahkan upaya yang sia – sia saja, kalau tidak tersedia makanan alamiah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan ikannya.

Salah satu cara yang telah dilakukan ialah membubuhkan pupuk mineral ke dalam air kolam untuk meningkatkan produksi ikannya. Dalam keadaan yang sesuai, pupuk itu dapat merangsang pertumbuhan algae, sehingga dengan penambahan fitoplankton ini dimulai gelombang peningkatan seluruh rantai makanandan berakhir dengan ikan bahan makanan manusia. Cara ini telah menjadikan dorongan bagi para petani ikan kolam sebagai salah satu usaha rencana jangka panjang dalam pemanfaatan lahan.

Siklus hidup

“Di antara protists, siklus hidupnya dapat:

1.

haplontic, di mana vegetatif (yaitu pakan dan aktif asexually mereproduksi) adalah sel haploid, yang menjadi satu-satunya zygote sel diploid dalam siklus hidup;
2.

sel vegetatif adalah diploid, yang gametes menjadi satu-satunya sel haploid dalam siklus hidup; atau
3.

diplohaplontic, di mana ada selingan dari diploid dan vegetatif haploid generasi.

Dengan pengecualian langka, dinoflagellates diketahui, atau percaya, untuk memiliki haplontic siklus hidup.

“Kehidupan dari siklus paling dinoflagellate spesies melibatkan relatif sederhana asexual pembagian satu sel menjadi dua sel anak perempuan, proses umum termasuk pengguguran sebagian atau seluruh orang tua dinding sel. Namun, lebih kompleks terjadi siklus hidup, terutama di kalangan parasit dan simbiotik spesies, dan banyak gratis-hidup dinoflagellates diketahui memproduksi cysts (Text-Fig. 4). A kista adalah segala nonmotile sel yang mempunyai dinding sel (lihat bagian berikutnya). Beberapa cysts memiliki dinding terdiri dari selulosa dan tidak preservable sebagai fosil ; Fossilizable lain, yang terdiri dari dinding yang kompleks polimer organik yang mirip dengan sporopollenin (lihat Brooks dkk. 1971), sebagai dinosporin (Fensome dkk. 1993b). Cysts dapat dikategorikan dalam hal fungsi mereka. Dinoflagellates Di antara hidup, tiga fungsional jenis kista yang menonjol (Dale 1983; Taylor 1990):

1.

Istirahat cysts mewakili yang terhenti di tahap yang biasa hidup adalah proses dikurangi. Dinoflagellate istirahat cysts telah, sejauh ini, telah ditemukan untuk hasil dari perpaduan seksual; mereka sehingga zygotic istirahat cysts, diungkap hypnozygotes. TEMBOK istirahat cysts sering diperkuat oleh sebuah sporopollenin-bahan seperti (dinosporin) dan mungkin terdiri dari beberapa lapisan. Kebanyakan fosil dinoflagellates yang mungkin hypnozygotes, meskipun hal ini tidak langsung dpt untuk spesies punah.
2.

sementara cysts. Sebuah motil dinoflagellate dengan sel kulit tipis Mei dikembangkan dengan baik, dalam kondisi buruk, kandang dengan flagella dan dinding luar (termasuk piring, dimana sekarang) dan formulir sementara kista dikelilingi oleh kulit tipis.
3.

vegetatif cysts. Cysts vegetatif nonmotile sel yang dikelilingi oleh dinding kontinyu, mungkin pada kulit tipis. Sel ini adalah metabolically dan / atau reproductively aktif, dalam kontras untuk istirahat dan sementara cysts. Dalam beberapa dinoflagellates, khususnya parasit dan simbiotik taxa seperti Blastodinium dan Symbiodinium, kepala sekolah tahap siklus kehidupan diwakili oleh vegetatif cysts. Pyrocystis adalah contoh gratis-hidup dinoflagellate yang melewati kebanyakan dari siklus hidup sebagai vegetatif kista.

Proses seksual, yang bisa berakibat pada hypnozygote, dikenal hanya satu persen untuk hidup dinoflagellates (Pfiester & Anderson 1987). Namun, ia mungkin akan lebih luas dibandingkan saat ini diamati.” Sebagai Pfiester & Anderson menunjukkan, proses seksual telah mungkin telah diabaikan dalam banyak spesies karena: 1) gametes menyerupai sel normal; 2) adalah perpaduan lambat dan mudah bingung dengan divisi; 3) Fusi terjadi pada malam hari di photosynthetic spesies, dan 4) berkutil zygotes telah misinterpreted sebagai dr kebiasaan sel. “

Typical Sell

Sel dinoflagelata memiliki beberapa sifat yang tidak umum, yang mana akan kita pertimbangkan :

1.

Theca dan berhubungan dengan struktur (ampmesma)
2.

Nucleus, dan
3.

Kloroplast

Gelembung thecal berada pada lapisan bawah sel membran. Mereka adalah gelembung flattened, yang mana melingkupi piringan yang ejlas, dan sellulosa atau mungkin kekurangan kandungan yang jelas. Ukuran, jumlah dan susunan dari jenis piringan thecal berbeda antara masing – masing dinoflagelata dan ini merupakan hal yang penting dalam sistem taksonomi. Desmokont memiliki dua piringan besar, sementara dinokont menunjukan variasi yang dapat dipertimbangkan. Beberapa dinokont memiliki jumlah tertentu, biasanya piringan thecal yang tidak jelas bentuknya, sementara yang lain adalah piringan lesar yang jelas, dan disebut denga nama “armored”. Dalam upaya untuk mengidentifikasi pola evolusi, secara psikologis menggunakan sejumlah pirngan thecal, tetapi tidak disetujui apakah pada kondisi primitif memiliki piringan kecil dan pembesaran piring dan reduksi dalam jumlah yang dapat terjadi.

Gelombang thecal mungkin mendasari mikrotubula, sebuah pellicle dari fibrous material dan penambahan membran (kadang – kadang dipertimbangka termasuk sel membran). Juga yang berhubungan dengan theca adalah trichocysts dan getah yang dapat menghasilkan gelembung. Trichocysts adalah gelembung yang mengandung batang cristalin yang mana dapat melepaskan, dan agaknya sebagai fungsi pertahanan.

Nukleus dari dinoflagelata menunjukkan sejumlah sifat yang berbeda dari kondisi yang biasa di eukariot. Nukleus dilengkapi dengan pembungkus, sebagaimana pada sel eukariotik, tetapi dalam mikrograph elektron, kromosom terlihat sebagai struktur yang berbentuk batang yang jelas. Berbeda dengan kondisi yang biasa pada nuclei eukariotik, kromosom dinoflagetala mengikat nuclear pembungkus. Dinoflagetala nukleus mempertimbangkan mewakili kondisi primitif diantara organisme eukariotik dan kadang – kadang disebut dengan mesokaryotik ata dinokaryotic untuk membedakan itu dalam atau dengan kondisi eukaryotik typical yang lain.

Struktur Sel

Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknyanya penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian nama Peridinium.

Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior.

Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical (‘) dan precingular (”). Pada beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior (a). Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular (”’) dan antapikal (””) juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.

Ekologi

Mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat. Sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik.

Dinoflagelata memiliki variasi nutrisi yang bear dari range aututropik ke bentuk heterotropik, yang mana terdapat juga invertebrate parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflegelata yang memiliki system fotosintesisi dan membutuhkan vitamin disebut autotropi dan yang membutuhkan energy disebut heterotrop.

Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata dan umumnya berhubungan dengan kondisi local. Walau bagaimanapun, beberapa pola umum tetap terjadi. Konsentrasi yang tinggi dan sel yang menghasilkan red tites kadang – kadang diikuti pengkayaan dar air dengan adanya upwelling atau runoff. Asekuen yang khas untuk red tide.

1.

Perkecambahan systys (hypozigot) pada dasar inokulasi sel kedalam air
2.

Populasi dari peningkatan sel dengan reproduksi aseksual
3.

Akumulasi sel dekat permukaan sebagai hasil dari phototaxis positif.
4.

Konsebtrasi sel mungkin terjadi sebagai hasil dari pergerakan air (dihasilkan oleh onshore wind, tide, dll)
5.

Reproduksi seksual terjadi dan zigot menjadi cysts, menjaga cadangan pada fase dorman pada dasarnya

Tabel Racun Dinoflagelata


Red tide kadang – kadang bermula dari estuaris dan keudian berkembang ke pesisir pantai. Dampak dari red tide pada komunitas lautan bergantung pada spesies tersebut. Oksigen mulai dihabiskan oleh proses respirasi dari dinoflagelata pada saat malam dan dengan dekomposisi sel ketika massa perkembangan berakhir. Beberapa efek mungkin akan dihasilkan ketika tumpuan spesies mengandung racun terkumpul.

Hanya sedikit dinoflagelata (diperkirakan 20 spesies) adalah racun. Biasanya masing – masing spesies membentuk campuran racun yang berbeda. Racun ang utama adalah saxitoxin dan itu dihasilkan oleh Alexandrium, brevetoxin dihasilkan oleh Ptychodiscus, dan ciguatoxin dihasilkan oleh Gambierdiscus. Keracunan manusia biasanya terjadi setelah memakan ikan atau moluska yang mengakumulasi racun yang dinamakan dinoflagelata.

Ciri – Ciri Classis

Classis : Diniphyceae (Alga yang berputar)

Desmophyceae

1.

Tempat Hidup

Di air tawar dan ada juga yang hidup di air laut.

1.

Susunan Tubuh :

Berbentuk sel tunggal, contoh : Peridinium dan Ceratium

Berbentuk filamen yang bercabang, contoh : Dinotrix dan Dinoclanium

Susunan sel: Anggota phyrrophyta banyak yang ditemukan tanpa adanya dinding sel. Sedangkan anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng – lempeng. Contoh : Glenodinium dan Peridinium. Terdapat lekukan pada tubuh selnya

Isi sel : terdapat inti berbentuk tunggal

Terdapat butir – butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan cii khas dari benda).

Pigmen : Klorofil a

Beta karoten

Xanthofil : Berupa Peridinin, Dinoxantin, Diadonoxanthin dan neodinoxanthin

1.

Cadangan Makanan

Berupa tepung dan minyak

1.

Alat Gerak

Berupa flagel, sebanyak 2 buah, satu buah melingkar sedangkan satu bagian lainnya berada di posterio. Ada juga flagel yang terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan berputar dan bila flagel bagisn posterior yang bergerak maka sel akan maju.

1.

Perkembangbiakan

Secara Vegetatif : Dengan pembelahan biner, yaitu pembelahan sel dengan sel anak mendapatkan sebagian dari sel induk (sel anak yang membentuk dinding baru). Contoh : Ceratium dan Peridinium

Gambar Perkembangbiakan dan Siklus Hidup Dinoflagelata

1.

Peranan

Sebagai zooplankton pada kehidupan air

Genus Peridinium

Peridinium adalah dinoflagellate dengan tebal, berlapis baja lempeng yang sering lobed dan dihiasi. Sutures yang cukup jelas terlihat dan cingulum adalah hampir di sel median. Sel mungkin untuk umumnya bulat lonjong berbentuk atau merata, dengan sirip belakang permukaan yang cembung cekung dan suatu permukaan perut. Beberapa spesies (seperti Peridinium limbatum) mempunyai keberanian. Genus memiliki lebih dari 30 spesies, yang sebagian besar adalah photosynthetic.

Sebagian besar peneliti setuju bahwa Peridinium harus dipisahkan menjadi dua Genera. Kelompok pertama akan mencakup sel besar (sebanyak 65 μm dalam diameter) dengan tiga intercalary piring. Kelompok kedua akan sangat kecil sel yang kurang dari setengah ukuran, dengan hanya dua intercalary piring.

Peridinium adalah wakil dari thecate dinoflagellates piring yang tebal dari dinding sangat kentara dan dipisahkan oleh sutures. The zones of sutures are referred to as striated girdle bands. Sutures dari wilayah yang disebut sebagai Striated sabuk band.

Peridinium besar adalah genus kecil menengah untuk ukuran dinoflagellates, beberapa tetapi tidak semua yang photosynthetic. Nonphotosynthetic adalah spesies phagotrophic atau osmotrophic.

Species occur in freshwater and marine planktonic habitats worldwide. Jenis terjadi di air tawar dan laut planktonic habitat di seluruh dunia. At least a few photosynthetic species may form significant blooms (“red tides”). Some of these blooms are associated with nuisance odors and fish kills, although the most devastating “red tide” dinoflagellates belong to other genera. Sekurang-kurangnya beberapa jenis photosynthetic dapat membentuk signifikan mekar ( “merah arus”). Beberapa mekar ini adalah terkait dengan gangguan odors ikan dan membunuh, meskipun yang paling merugikan “merah pasang” dinoflagellates milik Genera lain.

Photosynthetic species in the genus Peridinium , and species in closely-related genera that are still treated as species of Peridinium by many workers, are frequently used as experimental organisms in cell biology research, especially in the areas of nuclear structure and function, circadian rhythms, and endosymbiosis. Photosynthetic spesies dalam genus Peridinium, dan jenis-terkait erat dalam Genera yang masih dirawat sebagai jenis Peridinium oleh banyak pekerja, yang sering digunakan sebagai percobaan organisme dalam penelitian biologi sel, khususnya dalam bidang nuklir struktur dan fungsi, circadian rhythms, dan endosymbiosis.

Struktural yang unik dan molekul fitur Peridinium dan keluarga telah diminta banyak spekulasi mengenai sejarah dari dinoflagellates evolusioner. Tidak lama lalu, kelompok ini dipercaya termasuk orang-orang yang paling kuno yang masih ada eukaryotic lineages. Bukti saat menyarankan Namun, yang dinoflagellates adalah berasal grup, paling erat kaitannya dengan ciliates dan apicomplexan sporozoans.

Gambar Contoh Genus Anggota Dinoflagelata: Peridinium sp

Fenomena dan Problem

Dinoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas plankton laut, tetapi lebih melimpah di perairan tawar. Fenonema menarik yang dihasilkan oleh Pyrrophyta adalah kemampuan bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme), seperti yang dihasilkan oleh Noctiluca, Gonyaulax, Pyrrocystis, Pyrodinium dan Peridinium sehingga menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari.

Fenomena lainnya adalah pasang merah (red tide) yaitu blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter. Red tide dapat menyebabkan:

1. Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum dan Gymnodinium breve

2. Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium

3. Kematian organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.

Species yang hidup di air laut dari genus Gymnodinium dan Gonyaulax menyebabkan pasang merah ( “red tide“) terutama di daerah pantai New England, Florida, California dan Eropa yang menyebabkan paralitic shellfish poisoning (PSP). Di bawah kondisi lingkungan yang ideal dan didukung adanya substansi pertumbuhan menyebabkan populasi species tertentu bertambah jumlahnya. Riegel (1949) menggambarkan bahwa red tide di Monterey Bay, California kepadatan Gonyaulax mencapai 20 sampai 40 juta organisme per cm3. Namun demikian red tide tidak selalu merah, ada kemungkinan berwarna kuning atau coklat. Konsentrasi substansi metabolic toxic tertentu (saxitoxin) dengan level yang tinggi menyebabkan kehidupan organisme di laut akan terbunuh. Pada tahun 1972 red tide yang terjadi di pantai New England dan Florida, jutaan burung, ikan dan hewan lainnya telah terbunuh dan mendatangkan malapetaka bagi industri kerang-kerangan karena larangan memakan remis besar (clam and cysters).

Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh pelat-pelat. Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata yang cingulumnya terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan berakhir pada permukaan ventral.

Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis mempunyai bentuk seperti kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti layar atau sayap.



Sumber :

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum 3. Angkasa. Bandung.

Latifah, Roimil dan Eko Susetyorini. 2001. Botani Tumbuhan Rendah. UMM Press. Malang.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1991. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Anonimous. 2006. Dinoflagelata. (online). www.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 November 2008.

Hariyati, Riche. 2008. Chlorophyta. (online). www.bukuajarprotista.blogspot.com. Diakses Tanggal 08 November 2008.

Anonimous. 2008. Division Phaeophyta. (online). www.hawainuniversity.ac.uk. Diakses tanggal 08 November 2008.

JN Butler, dkk. 1983. Studies of Sargassum and the Sargassum Community. Bermuda Biological Station Special Publication No. 22.

Anonimous. 2008. Divisi Phaeophyta, Ganggang coklat. (online). www.oceanlink.com. Diakses tanggal 7 November 2008.

Anonimous. 2008. Alga: Chrysophyta. (online). www.edu2000.com. Diakses tanggal 10 November 2008.

Anonimous. 2008. Chrysophyta. (online). www.highbeam.com. Diakses tanggal 10 November 2008.

Anonimous. 2008. Chlorophyta. (online). www.wikipedia.org. Diakses tanggal 09 November 2008.

Smith, Celia. 2007. Chlorophyta – 1. (online). www.celiasmith.com. Diakses tanggal 06 November 2008.

Hariyati, Riche. 2008. Protista Autotrof Eukariotik: Pyrrophyta (Dinoflagellata). (online). www.bukuajarprotista.blogspot.com. Diakses tanggal 10 November 2008.

Anonimous. 2008. Peridinium. (online). www.ehrenberg.com. Diakses tanggal 10 November 2008. 




DOWNLOAD ARTIKEL DI ATAS 
PDF  or DOC
                                  




Catatan :
Beritahu kami lewat email atau buku tamu kami jika anda mengalami masalah dalam mengunduh File PDF atau Document di atas atau ada link download yang rusak agar kami dapat memberikan solusi dan memperbaiki jika ada link yang rusak atau expired. Terimakasih .....

Email : Biopedia@yahoo.com or Dhika.ubt@gmail.com

0 comments:

Post a Comment

saran dan kritik rekan-rekan sekalian merupakan motifasi bagi kami untuk lebih baik dalam penyediaan referensi, maka dari itu di harapkan tinggalkan komentar anda untuk blog ini, Trimakasih.
ADMIN