1. CAHAYA
Cahaya merupakan faktor
lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya,
yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
· Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
· Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
· Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
1. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi
matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan berbagai
panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus
lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas
cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat
dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi
yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara
0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya
merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan
bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada
ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti
untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah
dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya
hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat
sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh
dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas
cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk-
bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang
2. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau
kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor
lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/
spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya
terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid),
sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang
rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar
dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada
dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya
menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang
yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan
bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan
atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang
direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di
atmosfer.
v Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas
cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi
akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan
menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah
energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya
yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat
sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu
metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein.
v Titik Kompensasi
Dengan
tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima
sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai
dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi.
Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.
Harga
intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat),
dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal
sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
v Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya
tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah,
dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang
teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah
satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan
heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
v Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya.
v Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa
tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya
dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang
tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa
sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin
berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
3. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme
adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar
matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun,
dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme
akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/
bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan
kurang dari 12 jam pada musim dingin.
Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
v Tumbuhan berkala panjang
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
v Tumbuhan berkala pendek
Tumbuhan
yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya
proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
v Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk proses perbungaannya, misalnya tomat.
Apabila
beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang
tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan
vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan
dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang
mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan
faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak
merupakan faktor pembatas.
2. SUHU
Suhu
merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan
pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk
(1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari
tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan
tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi
faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju
evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju
kehilangan air dari organisme.
Sebenarnya
sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai
faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi
panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering
berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi
dari organisme.
Relatif
mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk
menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan
maksimum, minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.
1. Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada dalam kondisi
terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya
mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu
ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi
variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi
dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem
perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan
dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian
juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan
faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ), bersama- sama
dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di
alam tempat tumbuhan hidup.
Jumlah panas yang
diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung pada lintasan
awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit
pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas
dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan
demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah
suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah
terjadi penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar
dibandingkan dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan
suhu muka bumi akan bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi
dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi berjalan terus, akibatnya
ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara
disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan
fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di
tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
- Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap.
- Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
- Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
- Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
- Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.
Variasi
suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian,
kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
- Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 00 C sampai dengan 500 C,
dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum,
maksimum dan optimum yang diperlukan untuk aktifitas metabolismenya.
Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal.
Suhu
tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya
pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara
sekitarnya.
Kisaran
toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di
tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C, sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 20 C – minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.
Secara
garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu
yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan
musim.
3. AIR
Air
merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun
juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan,
air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa
makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air
tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim
di daerah yang bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3.
Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan
salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier).
Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui
siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi, 2003).
a. Sifat air
Menurut
Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang
lain, yaitu.
1. Berbentuk
cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa maka
pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair.
Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`Air
yang berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang
karena adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga
tiap molekul air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi
gas.
2. Perubahan
suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini
mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.
3. Panas
laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah
energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan panas laten fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC.
Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas
laten fusi adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk
menguapkan air ini penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga
stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
4. Viskositas
(hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen harus
diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air
akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air
dalam keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh
dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan
mudah terputus. Inilah yang menyebabkan viskositas air rendah.
Viskositas air yang rendah ini menyebabkan air menjadi pelarut yang
baik, sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut dapat diangkut ke
seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu mengangkut bahan-bahan
toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke luar tubuh.
5. Adanya
gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik
antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan
polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan
daya tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi adalah daya
tarik menarik antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini
menyebabkan air dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui
jaringan xilem. Selain itu juga menyebabkan adanya tegangan permukaan
yang tinggi, ini memungkinkan air mampu membasahi suatu bahan secara
baik.
6. Air
merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini
berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih
rendah dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air.
Sifat ini mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim
dingin hanya membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih
bisa bertahan hidup.
b. Jenis –jenis air
Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Air tanah (ground water),
adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan tidak dapat
dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer yaitu
lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence time)
berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air
tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah
yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas
lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah artesis merupakan air tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2. Air permukaan (surface water),
adalah air yang terdapat di atas permukaan bumi dan tidak terinfiltrasi
ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali,
rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir
(lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa. Pada
umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat
(0,001-0,01 m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time)
dapat berlangsung lama. Perairan mengalir salah satunya adalah sungai,
sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan
kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0 m/detik.
c. Sumber air
Secara
umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung
atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :
1. Air
dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi
secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air
PDAM yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air PDAM ini kadang
belum tersedia diberbagai tempat.
2. Air
hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air
di udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat
mengotori dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat
renik, debu, kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran
talang/genteng rumah di tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari
bahan-bahan pengotor dan pencemar yang berasal dari talang/genteng dan
udara caranya adalah waktu awal penampungan air hujan 15 menit setelah
hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari ijuk/kerikil/pasir.
Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.
3. Mata
air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air
mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan
muncul keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam
tanah. Kondisi geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya
kualitasnya baik dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi
harus dimasak sebelum diminum.
4. Air tanah. Air
tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam bumi.
Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau
menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur
pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor
dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
5. Air permukaan. Air
permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air irigasi, air
laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai
sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air
permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan
pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di
air permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air
permukaan perlu diolah terlebih dahulu sampai benar-benar aman dan
memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum.
d. Siklus air (water cycle)
Karakteristik air
dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai fase, mulai
dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara
meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer
bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter.
Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun)
menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah
hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga
bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir
cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang
kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Siklus air adalah
mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi setiap
saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan
wujud, sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal (Tersiawan,
2005). Secara garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi dan perkolasi.
Ketika terjadi hujan, airnya akan
turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan mengalir ke permukaan
bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau di
danau. Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam tanah
atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.
Siklus
air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari
akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air
dari makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang kemudian digerakkan oleh angin.
Angin
ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki tekanan
temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini
melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang dan didorong
untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin rendah
apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung
uap air tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran
air yang kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai air hujan (presipitasi).
Air
hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih
rendah, dan sebagian diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus
menuju ke laut atau ke danau dan apabila terkena sinar matahari akan
menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian
dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah
seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian. Adapun proses siklus hidrologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1. Siklus Air
e. Peranan Air bagi Tumbuhan
Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan yaitu antara lain :
1. Struktur
Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari semua
makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun
atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi
tetap dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi metabolisme.
2. Sebagai
Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringan-jaringan
yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup
air, maka sel-sel tersebut akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada
dalam sel tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu tekanan
yang disebut tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan
menyebabkan sel mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan
menyebabkan terjadinya proses plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi dan nutrisi tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air.
4. Pendinginan.
Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses
transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya
sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut
dan menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga suhu
tanaman menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel)
7. Bahan baku fotosintesis
f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan
merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang tinggi
bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan.
Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik
daerah tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya akan memperlihatkan penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya tergantung pada tumbuhan tersebut.
Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya terhadap air, yaitu antara lain :
1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah yang tergenang secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan berkadar garam tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang tidak terlalu ekstrim.
SUMBER :
SUMBER :
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Pollock, S. 2000. Jendela IPTEK Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka.
Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP Singaraja.
Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : PPLP Tenaga Kependidikan.
Sutrisno, dkk. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta.
Tersiawan, M. 2005. Air Hujan Sebagai Air Bersih. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama.
Widarto, L. 1996. Membuat Alat Penjernihan Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
No comments:
Post a Comment
saran dan kritik rekan-rekan sekalian merupakan motifasi bagi kami untuk lebih baik dalam penyediaan referensi, maka dari itu di harapkan tinggalkan komentar anda untuk blog ini, Trimakasih.
ADMIN