1. Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, pencetusnya adalah Ernest Haekel seorang zoologist berkebangsaan Jerman, kata oekologie berasal dari kata Oikos yang artinya rumah.dan logos yang artinya ilmu sehingga secara harafiah dimaksudkan kajian mengenai mahkluk hidup di habitat atau dalam lingkungannya.
Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup disamping memerlukan
dukungan dan bantuan dari ilmu lain juga perkembangan tekologi serta
alat, tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan yang sangat terkait
dengan perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhalam
serta alat yang dipergunakan untuk kajian lebih dalam.
Pengkajian pada masing masing hirarkhi makluk hidup membahas mengenai
hubungan lingkungannya dengan makhluk hidup tersebut, baik secara
biotik dan aboiotik pada tingkatan hirarkhinya. Hubungan antara
lingkungan biotik dan abiotik dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
KOMPONEN BIOTIK
|
GEN
|
SEL
|
JARINGAN
|
ORGAN
|
ORGANISME
|
POP.
|
EKOSISTEM | |||
KOMPONEN ABIOTIK
|
|
|||||||||
BIOSISTEM |
SISTEM
|
SISTEM
|
SISTEM
|
SISTEM
|
SISTEM
|
SISTEM
|
EKOSISTEM
|
|||
GENETIKA
|
SEL
|
JARINGAN
|
ORGAN
|
ORGANISME
|
POPULASI
|
Gambar 1; Hubungan antara lingkungan biotik dan abiotik (Sumber dari Odum,EP, 1996)
Masing masing hirarkhi makluk hidup mempunyai lingkungan sehingga
membentuk suatu biosistem yang khusus dimana masing masing hirarkhi
berbeda secara ekologis.
Ekologi tumbuhan adalah kajian pada tingkatan hirarkhi organisme dan
populasi, serta ekosistem yang ditempati, berkaitan dengan kondisi
tersebut maka kajian dimulai dari pengenalan tanaman, analisis
berdasarkan parameter ekologi yang digunakan, dimulai dari tingkatan
yang paling luas yang menutup permukaan bumi yang disebut sebagai vegetasi.
2. Lingkungan
Lingkungan hidup dari suatu organisme adalah semua faktor biotik dan
abiotik yang potensial mempengaruhi organisme. Lingkungan tersebut juga
merupakan habitat organisme yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik
yang keduanya secara potensial mempengaruhi kehidupan makluk hidup
tersebut. Sebagai contoh komponen biotik adalah: kompetisi, mutualisme,
alelopaty serta beberapa interaksi antara makluk hidup. Kompenen abiotik
yang dijelaskan di bab belakang meliputi komponen phisik dan kimia yang
mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi tanaman.
Sedangkan lingkungan hidup tanaman dibagi dalam dua kelompok besar, pertama: lingkungan makro yaitu suatu lingkungan yang berpengaruh secara umum atau regional, sedangkan yang ke dua adalah lingkungan mikro adalah
lingkungan yang paling dekat dengan tanaman yang secara potensial
berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi merupakan suatu lingkungan
dimana tumbuhan harus bertanggap.
Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro
sebagai contoh adalah lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat berbeda
dengan lingkungan luar kanopi tersebut khususnya pada kelembaban,
kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur tentunya, lingkungan
mikro di bawah suatu batuan di gurun tentu lebih dingin dibandingkan
dengan diluar bebatuan tersebut.
Kecepatan angin pada lingkungan mikro pada satu mm dari permukaan
daun tentu mempunyai kecepatan angin yang berbeda dengan bagian organ
lain, sehingga dikatakan lingkungan mikro adalah lingkungan dimana
tanaman mampu bertanggap.
Ekologi Tumbuhan sesungguhnya tak mungkin dapat dipisahkan dari
ekologi hewan maupun mikroba karena dalam habitat yang sama selalu dapat
dijumpai keberadaan hewan dan mikroba. Keterkaitan antara hewan,
tumbuhan dan habitat hidup ditunjukan dalam skema berikut:
Gambar2: Interaksi antara hewan, tumbuhan dan habitat yang ada di alam.
Perkembangan lebih mendalam dalam ekologi tumbuhan dapat dimanfaatkan
dalam reklamasi lahan yang rusak akibat banjir, kebakaran serta
penambangan. Introduce jenis tanaman
tetertentu di suatu habitat yang memungkinkan perubahan distribusi dari
suatu jenis tumbuhan tetentu. Keberhasilan suatu jenis tumbuhan mengintroduce
suatu lahan yang baru adalah suatu hal yang merupakan suatu usaha
pengembangan ekologi dan fsiologi akibat interaksi dengan habitat
hidupnya.
Banyak permasalahan yang dapat dipelajari melalui ekologi tumbuhan
diaranya adalah, bagaimanakah tumbuhan mengatasi masalah penyebaran,
apakah jenis tumbuhan yang mampu diperguanakan sebagai pioner
dalam lahan bekas penambahangan, banjir atau kebakaran. Bagaimanakah
distribusi tumbuhan pada suatu lokasi atau dan bagaimana pula kompetisi
serta kelulushidupan suatu tumbuhan. Bagaimanakah tumbuhan menceritakan
pada kita mengenai kemampuan untuk mengatasi penyebaran,perkecambahan
pada situs yang tepat, kompetisi, interaksi dll.
Mempelajari permasalahan yang merupakan bagian dari tumbuhan
memerlukan bahasa yang sama dalam membaca dan memaknai fenomena yang
ditunjukan oleh tumbuhan, diantaranya adalah pengertian vegetasi, flora,
fisiognomi, formasi, asosiasi serta populasi.
3. Vegetasi
Pengertian vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam
suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut
ruang dan waktu. Tumbuhan penutup permukaan bumi merupakan vegetasi yang
dapat berbeda dalam ruang dan waktu untuk komponen spesies penyusunnya,
berdasarkan ukuran keluasan maka vegetasi dapat dibedakan dalam formasi
adalah suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi permukaan
bumi, sebagai contoh adalah formasi Taiga, dimana keberadan formasi
Taiga terletak pada pada beberapa benua, komposisi formasi taiga pada
beberapa benua merupakan suatu komposisi tumbuhan yang identrik sehingga
tetap dengan nama formasi Taiga. Ukuran keluasan formasi Taiga seperti
tergambar dalam peta vegetasi dibawah ini:
Gambar 3; Sebaran dan luasan formasi Taiga yng ditunjukan dengan warna hijau tua
Formasi Taiga pada beberapa tempat di belahan bumi mempunyai penyusun
vegetasi yang mempunyai kesamaan dalam hal, komposisi floristik,
fisiognomi dan muncul pada habitat yang relatif konsisten yang disebut
sebagai asosiasi. Penyusun formasi Taiga merupakan bermacam macam Asosiasi yang juga dapat dikatakan sebagai komunitas, dibawah ini adalah dua contoh asosiasi yang terdapat dalam formasi Taiga:
Gambar 4. Asosiasi dalam foramsi Taiga (gambar diambil dari situs internet)
Gambar diatas adalah salah satu dari asosiasi yang terdapat dalam formasi
Taiga, sedangkan gambar yang terdapat di bawah ini juga masih termasuk
dalam salah satu asosiasi Taiga pula, tetapi tipe dibawah mempunyai tipe
phisiognomi yang berbeda dari yang pertama.
Jadi.dalam suatu tipe formasi terdiri dari banyak Asosiasi penyusun
yang salah satu dan lainnya dapat sangat berbeda dalam fisiognominya.
Berdasarkan ciri dan batasan asosiasi maka asosiasiasi dapat juga
dikatakan sebagai komunitas, namun tidak semua komunitas dapat
dinyatakan sebagai suatu asosiasi.
Tipe vegetasi yang terdiri dari beberapa bagian vegetasi dicirikan
oleh bentuk pertumbuhan (growth form) atau life form dari tumbuhan
dominan, terbesar atau paling melimpah atau tumbuhan yang karakteristik.
Contoh bentuk pertumbuhan adalah herba tahunan, pohon yang selalu
hijau, berdaun lebar, semak meranggas pada musim kering, tumbuhan
berdaun jarum ataupun tumbuhan yang bertahan dengan umbi ataupun
rhizoma.
Bentuk pertumbuhan dari vegetasi dapat termasuk dari satu atau lebih dari hal berikut:
- Ukuran: lama hidup, kerasnya kayu, atau takson, contoh adalah : herba anual, perenial, perenial berkayu, pohon ataupun pohon merambat
- Derajad kebebasan suatu takson: contoh adalah tumbuhan hijau yang berakar dalam tanah, parasit,saprophite atau epipit.
- Morphologi takson: misalnya batang suculent (jaringan tebal dan lunak), daun suculent, bentuk roset, berduri, berambut.
- Sifat daun takson: Midalnya besar, kecil, kaku, selalu hijau, meranggas pada waktu musim kering, bentuk daun jarum, atau bentuk daun lebar.
- Phenologi, fenologi adalah waktu kejadian daur hidup dalam kaitannya dengan isyarat lingkungan seperti menggugurkan daun, bertunas, berbunga.
- Lokasi kuncup kala buruk (perenating) seperti yang ditetapkan oleh raunkier pada tahun 1934.
1). Life Form
Tipe life form dapat dilihat dengan banyak cara, satu diantaranya adalah dengan tipe life form dari Raunkier yag berdasarkan kuncup perenating dikelompokan sebagai berikut
a) Phanerophyte (P): kuncup perenating
pada ketinggian paling tidak 25 cm diatas permukaan tanah. Ini berupa
pohon, semak tinggi, liana, tumbuhan merambat berkayu, epifit dan batang
sukulen yang tinggi.
b) Chamaeophyte (Ch):
kuncup perenaying berkedudukan dekat dengan permukaan tanah (dibawah 25
cm). Herba, suffrutescent (suffruticose, perdu rendah, kecil, bagian
pangkal berkayu dengan tunas berbatang basah), atau tumbuhan berkayu
rendah, tumbuhan succulent rendah, tumbuhan cushion (bantalan).
c) Hemycriptophite (H):
herba perenial dimana bagian aerial mati pada akhir pertumbuhan,
meninggalkan kuncup pada atau tepatv dibawah permukaan tanah. Herba
berdaun lebar musiman dan rumput-rumputan, tumbuahn roset.
d) Cryptophite (Cr):
kuncup perenating terletak dibawah lapisan tanah atau terbenam dalam
permukaan air. Tumbuhan darat dengan rimpang dalam, umbi atau tuber,
tumbuahn perairan emergent, mengapung atau tenggelam dan berakar pada
dasar.
e) Therophyte (Th): tumbuhan annual melampaui kala buruk dengan biji.
Komposisi tumbuhan penyusun asosiasi dapat digambarkan dalam suatu
spektra life form. Spektra tipe life form adalah suatu penggambaran yang
menunjukan kelompok prosentase tumbuhan penyusun suatu asosiasi
seperti terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar 6: Histogram Hasil Pengamatan Penyusun Tipe Life Form dari Suatu Tegakan
Spektra dapat dibuat dari data berbagai tipe komposisi. Kebanyakan
kajian berkepentingan dengan spektra life form berdasarkan pada sekedar
daftar spesies tegakan (stand) yang berbeda atau area geografi berbeda.
Interpretasi spektra tipe life form dapat dibaca berdasarkan spekrtrum
normal yang dibuat Raunkier. Spektrum normal untuk flora dunia
berdasarkan pada 1000 spesies yang dipilih secara acak dipakai sebagai
pembanding. Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk
spektrum normal sbb:
Tabel 1. Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk spektru berdasar Raunkier.
P
|
Ch
|
H
|
Cr
|
Th
|
Jumlah
|
46
|
9
|
26
|
6
|
13
|
100
|
Data dan histogram tersebut diatas dapat dibuat melalui parameter ekologi:
2). Cover
Cover atau penutupan kanopi tumbuhan dalam
suatu area tertentu dapat dihitung berdasrkan prosentase. Penutupan
penuh suatu vegetasi merupakan prosentase 100%. Bilangan penutupan
dapat melebihi 100 %, disebabkan tumbuhan penyusun suatu vegetasi
terdiri dari beberapa lapisan kanopi yang saling tumpang tindih, kuang
dari 100% menunjukan adanya tanah gundul pada suau area yang diamati..
Penggunaan alat ”moosehorn”sebagai penghitung cover suatu kanopi
pohon sangat membantu keakuratan perhitungan luasnya cover yang ditutup
kanopi. Kanopi pohon dapat juga dihitung dengan potongan melintang
batang pada setinggi dada atau disebut sebagai diameter basal area (B).
Perhitungan basal area dapat menggunakan pita pengukur yang dapat
menunjukan lingkar batang yang dapat dikonversi dalam diameter batang.
Cara pengukuran Cover dapat dihitung dengan mengukur diameter 1 (DI) dan diameter 2 (D2) dari luas kanopi dibagi dua ( DI + D2), bagian yang lubang
2
dihitung masif seperti terlihat pada cara pengukuran dibawah ini:
Gambar 7: Cara pengukukuran Cover secara teknis dalam pengamatan langsung
Perhitungan Cover pada semak belukar, dikelompokan dihitung total Cover tumbuhan sejenis dalam suatu lokasi pengamatan yang disebut sebagai dominansi. Alat bantu pengamatan Cover pada semak belukar menggunakan Pantograf.
Pengamatan atas dasar kanopi Cover
penutupan adalah perhitungan yang sangat subyektif karena itu jika data
kuantitatif tersedia, seperti densitas, frekuensi, dominansi atau nilai
penting, maka analisis lebih baik dibobot dengan nilai masing-masing.
Perhitungan secara akurat untuk kelimpahan kadang kala sulit untuk dilakukan, karena itu kelimpahan tiap-tiap life form dipakai skala rating Braun-Blanquet, Domin Krajina ataupun Daubenmire.yang kemudian dikonversikan menjadi rerata penutupan seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2. Rentang Cover menggunakan Braun Blanquet, Domin Krajina dan Daubenmire (diambil dari Barbaur, 1992)
Braun Blanquet
|
Domin Krajina
|
Daubenmire
|
||||||
Class
|
Range of Cover (%)
|
M
|
Class
|
Range of Cover (%)
|
M
|
Class
|
Range of Cover (%)
|
M
|
5
|
75-100
|
87.5
|
10
|
100
|
100
|
6
|
95-100
|
97.5
|
4
|
50-75
|
62.5
|
9
|
75-99
|
87.0
|
5
|
75-95
|
85.0
|
3
|
25-50
|
37.5
|
8
|
50-75
|
62.5
|
4
|
50-75
|
62.5
|
2
|
5-25
|
15.0
|
7
|
33-50
|
41.5
|
3
|
25-50
|
37.5
|
1
|
1-5
|
2.5
|
6
|
25-33
|
29.0
|
2
|
5-25
|
15.0
|
+
|
<1
|
0.1
|
5
|
10-25
|
17.5
|
1
|
0-5
|
2.5
|
R
|
<<1
|
-
|
4
|
5-10
|
7.5
|
|||
3
|
1-5
|
2.5
|
||||||
2
|
<1
|
0.5
|
||||||
1
|
<<1
|
+
|
||||||
r
|
<<<1
|
+
|
3). Leaf area indeks
Penutupan tanah oleh tajuk tumbuhan dinyatakan yang dinyatakan dalam
koverage adalah suatu kanopi. Area tanah yang ditutup oleh luas sejumlah
daun dalam satuan tertentu dapat dinyakan sebagai Indeks Luas Daun
(Leaf Area Indeks) atau disebut sebagai LAI. Formula perhitungan indeks LAI adalah sebagai berikut:
LAI = Total luas area daun, hanya satu permukaan
Unit area tanah
Pertanyannya selanjutnya adalah bagaimana mempelajari suatu vegetasi yang terdapat dalam suatu komunitas yang terdapat dalam suatu formasi. Bagaimana pula mempelajari suatu vegetasi yang terdapat dalam suatu tipe formasi yang tidak hanya mempunyai satu kanopi seperti yang terlihat pada asosiasi dibawah ini.
4. Flora
Flora tidak setara dengan vegetasi, dalam bentuk sederhana flora
mengacu pada daftar spesies atau taksa tumbuhan yang terdapat pada area
tertentu. Flora dapat ditemuai dalam bentuk dukumen yang memuat daptar floristik sampai dengan perlakuan taksonomi lengkap dengan informasi morphologis dan nomenklaturnya.
Flora tidak memberi informasi mengenai gabungan sifat vegetasi
ataupun komunitas yang tumbuh di tempat tersebut, flora juga tidak
memberi komentar tentang kelimpahan tumbuhan tersebut di alam, apalagi
arti penting ataupun keunikan mereka. Pada flora semua spesies mempunyai
bobot yang sama.
5. Fisiognomi
Fisiognomi adalah kenampakan luar suatu vegetasi, fisiognomi dapat dibangun dari arsitek dan life form
dari vergetasi penyusun. Arsitek vegetasi merupakan bentuk tajuk/
kanopi dari suatu tumbuhan, suatu vegetasi dapat terdiri dari empat atau
lima lapisan kanopi tergantung pada jenis vegetasi, seperti
dicontohkan dalam gambar berikut:
Gambar 8 . Diagram Ilustrasi Penutupan pada Hutan Hujan Tropis
Sedangkan life form adalah bentuk pertumbuhan yang dapat dianalisis
dengan berbagai cara. Arsitek dan life form keduanya merupakan dua hal
yang menentukan fisiognomi dari vegetasi dan tiap vegetasi mempunyai
karakteristik fisiognomi yang khusus.
Lebih lanjut lagi setelah mengamati lingkungan sekitar maka dapatkah
menemukan berapa lapisan kanopi yang ada, dapatkah anda susun dalam
bentuk diagram berdasarkan lapisan kanopi yang ada.
6. Formasi
Berdasarkan ukuran keluasan vegetasi dapat dikelompokan dalam
beberapa formasi, yang kesemuanya merupakan suatu tipe vegetasi yang
sangat luas yang menutupi semua permukaan bumi, pengelompokan formasi
yang sudah disetujui Unesco dapat dilihat dalam tabel dibawah ini;
Tabel 1. Klasifikasi formasi berdasarkan UNESCO Th 1973.
Klas Formasi | Penyusun formasi | Spesifikasi | ||
Hutan tertutup | Dominan tinggi 5 m, tajuk saling interlocking | |||
1 | Hutan hujan basah | Dominan berdaun lebar, selalu hijau, ujung daun tetes, tidak tahan dingin dan juga kering | ||
2 | Hutan musiman selalu hijau tropis dan sub tropis | Sejumlah mernggas kering yang terletak diatas dan dibawah | ||
3 | Hutan semi meranggas tropis dan sub tropis | Kanopi atas pohon meranggas kering, pohon ander story tetap hijau, daun kakku, daun tanpa ujung tetes | ||
4 | Hutan mangrove | Terletak di daerah intertidal di daerah tropis dan sub tropis, didominir oleh pohon berdaun lebar, kaku, selalu hijau, dengan pneumatophora, epifit serta vascular panjang | ||
5 | Hutan berdaun lebar selkalu hijau temperate dan sub polar | Terdapat dalam ocenic ekstrem, klimat bebas beku, hemisphere selatan seperti hutan Podocarpus di New Zealand | ||
6 | Hutan berdaun lebar musiman temoerate | Didominir pohon yang selalul hijau hemiscerophilus, bagian bawah kaya dengan tumbuhan herba, sedikit epipit dan liana. | ||
7 | Hutan sclerophil berdaun lebar selalu hijau | Didominir oleh pohon yang selalu hijau sclerophil dengan sedikt under story tetatpi banyak liana. | ||
8 | Hutan berdaun jarum sellau hijau tropis dan sub tropis | Didominir pohon selalu hijau yang berdaun jarum atau sisik, epipit vascular dan liana tidak ada. | ||
9 | Hutan berdaun jarum sellau hijau temperate dan sub polar | Seperti diatas tapi dibagian belahan dunia sebelah utara | ||
10 | Hutan meranggas | Kebanyakan pohon mengguggurkan daun bersama dalam kaitannya dengan musim pertumbuhan | ||
11 | Hutan meranggas kering tropis dan sub tropis | Daun gugur selama musim kering | ||
12 | Hutan meranggas dingin dengan pohon selalul hijau | Daun gugur selama misim beku, pohon meranggas dominan, tetapi ada pohon yang selalu hijau | ||
13 | Hutan meranggas dingin dengan tanpa pohon selalul hijau | Pohon meranggas mutlak dominan, epipit vascular tidak ada | ||
14 | Hutan xeromorphus ektrem | Tegakan padat dengan semak suculent dan xeromorphic, bagian bawah sering merupakan hutan woodland | ||
Wood Land | Tinggi dominan 5 m, tajuk biasa tidak bersentuhan, penutupan kanopi 40%, terdapat lapisan herba | |||
1 | Woodland selalu hijau | Dominan selalu hijau | ||
2 | Woodland meranggas | Dominan berbagai pohon meranggas | ||
3 | Woodland xeromorphic ekstrem | Serupa pohon xeromorphic tapi tidak lebat | ||
Belukar/ Screub | Doinan semak atau pohon kerdil | |||
1 | Belukar yang selalu hijau | Termasuk Charparal | ||
2 | Belukar meranggas | Termakasuk belukar | ||
3 | Belukar dengan xeromorphic ekstrem | Tegakan semak sangat terbuka dengan adaptasi xeromorphic, tumbuhan dengan duri | ||
4 | Belukar kerdil dan sejenis | Dominan dengan tinggi kurang dari 0,5 m, termasuk tundra artic, alpin, bog heath | ||
Herba ceus | Dominan forb, penutupan penuh | |||
1 | Graminoid tinggi | Dominan graminoid dengan tinggi 2m, bila berbunga penutupan forb kurang dari 50% | ||
2 | Rumput tinggi dengan sinusia pohon 10 -40% | Woodland terbuka dengan penutupan graminoid lebih besar dari 50% | ||
3 | Rumput tinggi dengan sinusia kuarang dari 10% | Savana kadang kadang dengan semak | ||
4 | Rumput tinggi medium | Dominan graminoid dengan tinggi antara 0,5 -2 m, penutupan forb kurang dari 50% | ||
5 | Rumput pendek | Dominan graminoid dengan tinggi kuarang dari 0,5 m, penutup forb kurang dari 50 %, termasukmeadow, beberpa tipe tundra | ||
6 | Vegetasi forb | Penutup forb lebih besar dari pada 50%, penutup graminoid kuarang dari pada 50% |
Penglompokan formasi berdasar UNESCO seperti diatas dapatkah ditemui
di sekitar kita, tersusun atas spesifikasi tumbuhan yang tergolong dalam
formasi apakah yang anda temukan.
7. Asosiasi
Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu
istilah yang dapat digunakan pada sembarang tipe vegetasi, sembarang
ukuran dan sembarang umur, komunitas dapat merupakan satu unit ekologi
yang sangat luas namun juga dapat merupakan satuan yang sangat sempit.
Istilah komunitas juga dapat digunakan untuk satuan yang paling kecil
sekalipun seperti halnya menempelnya lumut yang beraneka ragam di pohon
tertentu.
Ukuran, umur dan stratum tumbuhan bukan merupakan batasan suatu
komunitas tumbuhan demikian juga dengan perubahan komponen vegetasi
yang terdapat didalamnya. Komunitas tetap berlaku untuk vegetasi yang
mudah berubah ataupun yang lambat dalam perubahan penyusun vegetasinya.
Seringkali vegetasi serupa mudah dan sering ditemukan pada lokasi
yang mempunyai kondisi yang sama, sebagai contoh adalah hadirnya
vegetasi yang berupa padang rumput yang mudah ditemui di manapun.
Asosiasi lebih merupakan kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi.
Suatukomunitas besar dapat terdiri dari banyak asosiasi atau komunitas
kecil yang didalamnya terdapat banyak spesies tumbuhan penyusun
vegetasi tersebut, pertanyannya adalah apakah masing masing asosiasi
tersebut merupakan suatu kesatuan atau masing masing asosiasi merupakan
satuan yang terpisah?
Asosiasi yang dapat merupakan bentuk komunitas dalam suatu formasi
umumnya terdiri dari banyak asosiasi penyusun dimana salah satu dan
lainnya dapat sangat berbeda dalam fisiognominya. Asosiasiasi dapat
dikatakan juga sebagai komunitas, namun tidak semua komunitas menunjukan
suatu asosiasi. Komunitas dapat dilabel sebagai asosiasi jika mempunyai
ciri sebagai berikut:
- Mempunyai komposisi floristik yang seragam
- Fisiognomi yang seragam
- Terdapat [pada habitat yang relatif konsisten
Bagaimanakah dengan tumbuhan yang ada di sekitar kita, coba temukan
di sekitar anda ada berapa asosiasi yang anda temukan. Pertanyannya
selanjutnya adalah bagaimana mempelajari suatu vegetasi yang terdapat
dalam suatu komunitas yang terdapat dalam suatu formasi. Bagaimana pula
mempelajari suatu vegetasi yang terdapat dalam suatu tipe yang tidak
hanya mempunyai satu kanopi seperti yang terlihat pada asosiasi dibawah
ini.
Gambar 4. Asosiasi pada hutan hujan basah
Gambar diatas menunjukan minimal tiga kanopi penyusun dalam suatu
asosiasi. Demikian juga untuk asosiasi yang lainnya yang sudah anda
pelajari diatas. Dengan banyaknya pembatas yang terdapat dalam vegetasi,
maka perlu pemisahan dan pembatasan dalam tujuan yang berfungsi untuk
lebih detail dalam mempelajari vegetasi tersebut.
8. Populasi
Populasi adalah suatu kelompok individu yang spesiesnya sama dan
menempati dalam suatu habitat yang cukup kecil sehingga memungkinkan
terjadinya interbreding diantara anggota semua kelompoknya.
Beberapa populasi tidak berinterbreding namun melakukan penyerbukan sendiri (self polination)
atau bereproduksi secara seksual. Luas wilayah yang ditempati
memungkinkan potensi terjadinya pertukaran gen melalui penyerbukan
sendiri ataupun tetangga.
9. Spelisasi dalam ekologi tumbuhan
a. Synekologi
Synekologi mempunyai banyak sinonim kata diantaranya adalah: ekologi
komunitas, fitososiologi,geobotani, ilmu vegetasi ataupun ekologi
vegetasi. Syekologi mempunyai fase fese yaitu:
1) Sosiologi tumbuhan
Sosiologi tumbuhan membicarakan mengenai diskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dalam suatu komunitas
2) Dinamika tumbuhan
Dinamika tumbuhan termasuk didalamnya adalah: transfer nutrien,
transfer energi, hubungan antaginis atau simbiotik antara anggota,
proses dan sebab terjadinya suksesi ataupun perubahan komunitas menurut
waktu.
Kajian dinamika komunitas dapat diabstrakan dalam level matematika
dimana rumus yang dipergunakan dapat memvisualisasi dan mensimulasikan
sistem dinamika yang khusus diamati, kajian demikian dapat disebut
sebagai ekologi sistem
3) Deduksi evolusi untuk menentukan sifat alam dari suatu komunitas
Pernahkan terpikirkan apakah yang menetukan jumlah spesies yang
terdapat dalam suatu habitat. Apapula yang ,memyebabkan spesies tersebut
eksis dalam habitatnya. Jawaban dalam suatu permasalahan ini seringkali
tumpang tindih dengan aut ekologi.
b. Aut ekologi
Kajian lain dari ekologi tumbuhan adalah mengenai adaptasi dan
kelakuan spesies individu atau populasi dalam kaitannya dengan
lingkungan hidup meraka. Sub sub dari aut ekologi diantaranya adalah:
ekofisiologi, gene ekologi ekologi populasi.
SUMBER :
1.
2.
3.
No comments:
Post a Comment
saran dan kritik rekan-rekan sekalian merupakan motifasi bagi kami untuk lebih baik dalam penyediaan referensi, maka dari itu di harapkan tinggalkan komentar anda untuk blog ini, Trimakasih.
ADMIN