Saturday, October 29, 2011

Hati

Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit.

Wednesday, October 26, 2011

Gangguan dan Masalah Haid dalam Sistem Reproduksi

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.

Sistem Koordinasi dan Alat Indra pada Manusia

Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan.
Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron

Cara Kerja Sitem Saraf
SEL SARAF
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.

Monday, October 3, 2011

LARUTAN ASAM BASA


Asam sering dikenali sebagai zat berbahaya dan korosif. Hal ini benar untuk beberapa jenis asam yang digunakan di laboratorium, seperti asam sulfat dan asam klorida. Tetapi asam yang tidak berbahaya juga banyak ditemui dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya pada cuka dan buah – buahan. Seperti halnya asam, basa juga sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya dalam pasta gigi, deterjen, atau cairan pembersih. Secara umum, asam dapat dikenali dari bau dan rasanya yang tajam / asam. Sedangkan basa bersifat licin dan rasanya pahit. Bila diteteskan pada kertas litmus, asam akan memberikan warna merah dan basa akan memberikan warna biru.
4.1. Teori – teori Asam Basa
4.1.1. Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang melepaskan ion H+ atau H3O+  dalam air. Sedangkan basa adalah senyawa yang melepas ion OH- dalam air.
                                                HA  +  aq   à   H+(aq)  +  A-(aq)
                                                BOH  +  aq   à   B+(aq)  +  OH-(aq)
Di dalam air, ion H+ tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk ion dengan H2O.
                                                H+  +  H2O   à   H3O+ (ion hidronium)
Berdasarkan jumlah ion H+ yang dapat dilepaskan, asam dapat terbagi menjadi
1.       Asam monoprotik à melepaskan 1 ion H+
Contoh : asam klorida (HCl)
                        HCl  à  H+(aq)  +  Cl-(aq)
2.       Asam diprotik à  melepaskan 2 ion H+
Contoh : asam sulfat (H2SO4
                        H2SO4  à  H+(aq)  + HSO4-(aq)
                        HSO4-  à  H+(aq)  + SO42-(aq)
3.       Asam triprotik à melepaskan 3 ion H+
Contoh : asam fosfat (H3PO4)
                        H3PO4  à  H+(aq)  + H2PO4-(aq)
H2PO4-  à  H+(aq)  + HPO42-(aq)
HPO42- à  H+(aq)  + PO43-(aq)
Bila asam dan basa direaksikan, maka produk yang akan terbentuk adalah senyawa netral (yang disebut garam) dan air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi pembentukan garam atau reaksi penetralan, yang akan mengurangi ion H+ dan OH- serta menghilangkan sifat asam dan basa dalam larutan secara bersamaan. Jika asam yang bereaksi dengan basa adalah asam poliprotik, maka akan dihasilkan lebih dari satu jenis garam. Misalnya pada rekasi antara NaOH dengan H2SO4.
                                NaOH  +  H2SO4   à   NaHSO4  +  H2O
                                NaHSO4  +  NaOH   à   Na2SO4  + H2O
Senyawa NaHSO4 disebut sebagai garam asam, yaitu garam yang tebentuk dari penetralan parsial asam poliprotik. Garam asam bersifat asam, sehingga dapat bereaksi dengan basa membentuk produk garam lain yang netral dan air.

4.1.2. Teori Brönsted – Lowry
`Teori Arrhenius ternyata hanya berlaku pada larutan dalam air. Teori ini tidak dapat menjelaskan fenomena pada reaksi tanpa pelarut atau dengan pelarut bukan air. Pada tahun 1923, Brönsted – Lowry mengungkapkan bahwa sifat asam – basa ditentukan oleh kemempuan senyawa untuk melepas / menerima proton (H+). Menurut Brönsted – Lowry, asam adalah senyawa yang memberi proton (H+) kepada senyawa lain.
Contoh : HCl  +  H2O   à   H3O+  +  Cl-
Sedangkan basa adalah senyawa yang menerima proton (H+) dari senyawa lain.
Contoh : NH3  +  H2O   à   NH4+  +  OH-
Dalam larutan, asam / basa lemah akan membentuk kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan NH3 dalam air.
                                                

Pasangan a1 – b2 dan a2 – b1 merupakan pasangan asam – basa konjugasi.
Ø  Asam konjugasi : asam yang terbentuk dari basa yang menerima proton
Ø  Basa konjugasi : basa yang terbentuk dari asam yang melepas proton

Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat bersifat asam maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa dan mengeluarkan ion negatif (OH-).

4.1.3. Teori Lewis
Lewis mengelompokkan senaywa sebagai asam dan basa menurut kemampuannya melepaskan / menerima elektron. Menurut Lewis,
Ø  Asam : - senyawa yang menerima pasangan elektron
- senyawa dengan elektron valensi < 8
Ø  Basa : - senyawa yang mendonorkan pasangan elektron
- mempunyai pasangan elektron bebas
Contoh : Reaksi antara NH3 dan BF3
                                                H3N :  +  BF3   à   H3NàBF3
Nitrogen mendonorkan pasangan elektron bebas kepada boron. Pasangan elektron bebas yang didonorkan ditandai dengan tanda panah antara atom nitrogen dan boron.

Kelebihan teori Lewis ini adalah dapat menjelaskan reaksi penetralan yang dilakukan tanpa air. Misalnya pada reaksi antara Na2O dan SO3. Menurut Arrhenius, reaksi penetralan ini harus dilakukan dalam air.
                                                Na2O  +  H2O   à   2 NaOH
                                                SO3  +  H2à  H2SO4
                                                2 NaOH  +  H2SO4   à   2 H2O  +  Na2SO4

Teori Lewis memberikan penjelasan lain untuk menjelaskan reaksi ini.
                                                Na2O(s)  +  SO3(g)   à   Na2SO4(s)
                                2 Na+  +  O2-   à   2 Na+  +  [ OàSO3 ]2-


4.2. Konsep pH
Air memiliki sedikit sifat elektrolit. Bila terurai, air akan membentuk ion H+ dan OH-. Kehadiran asam atau basa dalam air akan mengubah konsentrasi ion – ion tersebut. Untuk suatu larutan dalam air, didefinisikan pH dan pOH larutan untuk menunjukkan tingkat keasaman.
4.2.1 Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Kuat
Penentuan pH asam / basa kuat dihitung dengan persamaan
                                                                pH  =  - log [H+]
                                                                pOH  =  - log [OH-]
Dalam satu liter air murni, terdapat ion H+ dan OH- dengan konsentrasi masing – masing 10-7 M. Sehingga, pH air murni adalah
                                                                pH  =  - log [10-7]
                                                                pH  =  7
Hasil kali ion [H+] dan [OH-] dalam air selalu konstan, dan disebut tetapan air (Kw).
                                                                Kw  =  [H+]  [OH-]  =  10-14
                                                                pH  +  pOH  =  14
4.2.2 Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Lemah
Asam dan basa lemah hanya terurai sebagian dalam air.
Bila asam lemah terurai dalam air :
                                                HA  +  H2O  =  H3O+  +  A-
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :

Nilai pH asam lemah dinyatakan sebagai:
                                                                pH  =  - log [H+]
M adalah nilai konsentrasi larutan yang akan ditentukan derajat keasamannya.

Basa lemah terurai dalam air dengan reaksi
                                                NH3  +  H2O  =  NH4+  +  OH-
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :
  
Nilai pOH basa lemah dinyatakan sebagai :
                                                                pOH  =  - log [OH-]

4.3. Larutan Penyangga (Buffer)
Bila suatu larutan mengandung asam dan basa lemah, larutan tersebut dapat menyerap penambahan sedikit asam / basa kuat. Penambahan asam kuat akan dinetralkan oleh basa lemah, sedangkan penambahan basa kuat akan dinetralkan oleh asam lemah. Larutan seperti ini disebut sebagai larutan penyangga atau larutan buffer. Pada umumnya, larutan penyangga merupakan pasangan asam – basa konjugasi yang dibuat dari asam / basa lemah dan garamnya. Contohnya asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa). Ion asetat (CH3COO-) merupakan basa konjugat dari asam asetat. Untuk larutan penyangga, nilai pH dan pOH dinyatakan sebagai
4.4. Hasil Kali Kelarutan
Pada umumnya, sebagian besar garam, yang terbentuk dari reaksi penetralan asam – basa, larut dalam air. Dalam larutan jenuh, berlaku asumsi adanya kestimbangan antara garam yang tidak terlarut dengan ion – ion garam yang terlarut.
Contoh :               
 
Besaran Ksp disebut sebagai konstanta hasil kali kelarutan, yang nilainya tertentu untuk tiap jenis garam. Karena nilai Ksp diketahui, maka kelarutan Ag+ dan Cl- dalam air murni dapat dihitung.
Ksp  =  [Ag+] [Cl-]
                                1,7.10-10 = x.x
                                x  =  √1,7.10-10 = 1,3.10-5 M

Jika garam dilarutkan dalam pelarut yang mengandung salah satu ion pembentuk garam tersebut, maka kelarutannya akan lebih kecil. Hal ini disebut sebagai pengaruh ion sejenis.

Contoh : AgCl yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,01M.
Diketahui : Ksp = 1,7.10-10

[Ag+]
[Cl-]
m
-
0,01
b
x
x
s
x
0,01 – x  ≈  0,01
                Ksp  =  [Ag+] [Cl-]
                                                1,7.10-10  =  x . 0,01
                                                x  =  1,7.10-8
4.5. Hidrolisa 
Bila garam bereaksi dengan air, maka akan terurai dan melepaskan asam atau basa bebas.
                                                BA  +  H2O  =  BOH  +  HA
Proses ini disebut sebagai hidrolisa. Salah satu produk reaksi ini (HA atau BOH) akan terurai kembali bila asam atau basa tersebut merupakan elektrolit kuat. Tetapan kesetimbangan reaksi hidrolisa (Kh) dinyatakan sebagai
                                Kh  =  Kw  ( bila garam terbentuk dari basa kuat dan asam lemah )
                                          Ka
atau                       Kh  =  Kw   ( bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah )
                                         Kb
Perbandingan antara bagian yang terhidrolisa dengan kadar garam semula disebut derajat hidrolisa (g).